Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Konflik Rusia vs Ukraina

Serangan Rusia ke Ukraina Makin Gencar, Pengamat: Kunjungan Jokowi Tak Semata untuk Gencatan Senjata

Pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana mengatakan gencatan senjata bukan sesuatu yang instan dan langsung diberlakukan.

Kolase Tribun Palu
Kolase Foto (kiri ke kanan) Presiden Rusia Vladimir Putin-Jokowi-Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Pengamat hukum internasional, Hikmahanto Juwana, menyoroti semakin meningkatnya serangan Rusia terhadap Ukraina pasca-kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

TRIBUNTERNATE.COM - Pengamat hukum internasional, Hikmahanto Juwana, menyoroti semakin meningkatnya serangan Rusia terhadap Ukraina pasca-kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Diketahui, Jokowi berkunjung ke Ukraina terlebih dahulu, baru ke Rusia pada Rabu dan Kamis, 29-30 Juni 2022 lalu.

Namun pada Senin (4/7/2022) kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu melanjutkan serangan besar-besaran di Ukraina setelah pasukannya menguasai seluruh wilayah Luhansk.

Hal ini dapat mengindikasikan kian agresifnya serangan Rusia terhadap Ukraina setelah kunjungan Jokowi ke kedua negara yang tengah berkonflik tersebut.

Sementara itu, Vladimir Putin menyebut bahwa unit militernya harus terus melaksanakan tugas sesuai rencana.

"Unit militer, termasuk kelompok Timur dan kelompok Barat harus melaksanakan tugas mereka sesuai dengan rencana yang telah disetujui sebelumnya," bunyi perintah Putin kepada Shoigu seperti dikutip dari Straits Times.

Lalu, apakah kunjungan Jokowi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina?

Menurut Hikmahanto, kunjungan Presiden Jokowi  ke Ukraina dan Rusia bukan sekadar membawa misi gencatan senjata semata, tetapi juga tentang supply chain atau rantai pasok pangan.

Seperti diketahui, gejolak perang antara Rusia dan Ukraina turut mengguncang kestabilan pangan global.

Kemudian, Hikmahanto mengatakan gencatan senjata bukan sesuatu yang instan dan langsung diberlakukan.

Jika pun ada gencatan senjata, kata dia, ini bukan gencatan senjata yang ditandatangani oleh pemimpin dari dua negara yang bertikai.

“Kita tahu bahwa kalau seperti ini mungkin ada rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya,” kata Hikmahanto seperti dikutip dari Kompas.TV pada Selasa (5/7/2022).

Baca juga: Kisah Sedih Warga Ukraina Berusaha Hidup Normal dan Libur Musim Panas di Pantai sekitar Kyiv

Baca juga: Beda Gaya Jokowi Bertemu Zelenskyy & Putin, Ini Kata Pakar soal Kunjungan Jokowi ke Ukraina & Rusia

Baca juga: Jokowi Bertemu Putin dan Zelensky, Apa yang Dibicarakan? Mampukah Indonesia Damaikan Rusia-Ukraina?

“Tapi yang pasti, Bapak Presiden bukan membawa misi sekadar gencatan senjata. Tapi, Bapak Presiden bicara tentang supply chain pangan yang akan terganggu kalau perang ini terus berlanjut," katanya menambahkan.

Menurut Hikmahanto ini merupakan hal cerdas yang dilakukan oleh Jokowi, dalam arti tidak berbicara bahwa nantinya akan ada gencatan senjata atau tidak.

“Tetapi, Bapak Presiden minta misalnya ketika di Jerman dalam pertemuan G7 bicara soal supply chain pangan terkait dengan negara berkembang. Itu juga yang beliau bicarakan dengan Presiden Ukraina Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin," kata Hikmahanto.

Baca juga: Presiden ACT Akui Gajinya Sempat Rp250 Juta, Kini Tak Sampai Rp100 Juta, Ternyata Ini Penyebabnya

Baca juga: Pelantun Widuri Bob Tutupoly Meninggal Dunia, Berikut Perjalanan Kariernya, Tembus Amerika Serikat

Baca juga: Viral Dugaan Penyelewengan Dana ACT, Gaji CEO Disebut Capai Ratusan Juta, Polri Bakal Usut Kasusnya

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved