Tidak Pasrah, Seorang Petani Asal Ternate Masih Bergantung Hidup dari Kopra
Kader, salah seorang petani kopra asal Ternate masih menjadikan komoditas satu ini sebagai mata pencaharian utama, meski harga jual tak lagi bagus.
Penulis: Laode Havidl | Editor: Munawir Taoeda
TRIBUNTERNATE.COM - Kopra masih menjadi komoditas pilihan, sebagian warga Maluku Utara, khususnya di Kota Ternate. Kader salah satunya, yang telah berprofesi sebagai petani kopra, sejak puluhan tahun silam.
Meski harga kopra kian hari kian menukik, namun ia tetap bergantung pada komoditas, yang bahan dasar utamanya buah kepala ini.
"Saya dan petani lain komit untuk bertahan, meski yang lain (petani) beralih profesi. Berhubung harga jual kopra kurang bagus, yakni diangka Rp 7.000'an, saya panjat pohon kelapa sendiri, olah pun sendiri tidak sewa orang seperti dulu, waktu harga jual masih bagus, "ungkapnya, Senin (25/7/2022).
Pria domisili di Kelurahan Takome, Ternate Barat mengaku, sebelumnya harga kopra pernah tembus diangka Rp 13 ribu per kilogram, namun perlahan turun dari Rp 8.500 per kilogram hingga Rp 7.000 per kilogram (harga sekarang).
Baca juga: Harga Kopra di Provinsi Maluku Utara Senin Tanggal 26 Juli 2022
Meski harga jual tak sebagus komoditas lain seperti pala, cengkih dan fuli. Namun dari profesinya ini, Kader mampu menyekolahkan ke tiga anaknya hingga sukses.
Di mana anak pertamananya telah menjadi TNI, anak keduanya baru saja lulus S1 di Universitas Khairun Ternate, sedangkan sibungsu masih duduk dibangku SMA.
"Kalau boleh jujur, dari tangan kasar inil, dan hasil kopra yang saya lakoni sebagai petani, saya bisa sekolahkan anak saya, dan itu saya syukuri atas karunia tuhan kepada saya, "tuturnya.
Kepada TribunTernate.com, Kader sedikit menjelaskan proses pembuatan kopra. Yang mana proses panjatan hingga diolah menjadi menjadi kopra, membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat minggu.
"Kalau kapala so abis nae deng takumpul bagini, tinggal tong bala deng korek, korek juga butuh waktu satu minggu, karena kerja sendiri dan kelapa cukup banyak."
Baca juga: Harga Kopra di Maluku Utara Menukik, Petani Menjerit
"(setelah panjat pohon dan kelapa sudah terkumpul, kita belah dan ambil isinya yang memakan waktu kurang lebih seminggu, karena seluruh proses itu, saya kerjakan sendiri), "bebernya.
Setelah melalui proses tersebut, barulah dilakukan pengasapan atau fufu (istilah lokal) untuk dijadikan kopra.
"Setelah fufu (pengasapan) baru siap untuk dijual ke pengepul, "singkatnya. (*)