Sejak 247 Tahun Terbentuknya Danau Tolire Ternate Sarat Mitos, ini Penjelasan Ilmiahnya
Dua faktor terbentuknya Danau Tolire Ternate, pertama dari mitos atau cerita rakyat dan yang kedua dari kaca mata ilmiah atau akibat letusan gunung.
Penulis: Laode Havidl | Editor: Munawir Taoeda
TRIBUNTERNATE.COM - Terbentuknya Danau Tolire di Ternate, Maluku Utara, sarat dengan cerita mitos yang turun menurun dipercaya warga sekitar.
Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut rakyat, Danau tersebut terbentuk atas dasar sebuah cerita seorang laki-laki yang melakukan hubungan terlarang dengan anaknya.
Karena malu diketahui banyak orang, laki-laki dan anak perempuannya ingin lari meninggalkan Desa Soela Takomi. Sang ayah belum sempat lari, Desa Soela Takomi tiba-tiba tenggelam hingga membentuk sebuah danau yang sekarang disebut dengan Danau Tolire Besar (Gam Jaha).
Sementara sang anak perempun berhasil melarikan diri tak jauh dari kampung tersebut. Namun ketika sedang lari ke kampung sebelah ternyata dia juga tenggelam hingga terbentu Danau Tolire Kecil (Tolire Ici).
Baca juga: Ini Orang yang Pertama Kali Temukan Jasad Korban Diterkam Buaya di Danau Tolire Ternate
Mendiang Almarhum Sultan Ternate, Syarifuddin bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah, dalam satu kesempatan pernah berkata.
"Legenda terbentuknya Danau Tolire biarlah menjadi cerita rakyat yang diceritakan turun temurun ke anak cucu. Secara akademis, danau tersebut terbentuk akibat aktivitas letusan Gunung Gamalama yang terjadi pada tahun 1775".
TribunTernate.com kemudian mendapatkan data dari Pusat Lembaga Penilitan Indonesia (LIPI), tentang proses terbentuknya Danau Tolire pada tahun 1775, yang hingga saat ini telah memasuki usia 247 tahun.
Berdasarkan data fasies gunung api Gamalama (Bronto,1982 ), penelitian yang dilakukan oleh LIPI, terbentuknya Danau Tolire tercatat sebagai peristiwa Maar 1775, tepatnya pada 5-7 September 1775, akibat erupsi maar pada lokasi di sekitar Desa Soela Takomi.
Dengan radius 1,5 km di sebelah barat-daya Desa Tokome, Kecamatan Ternate Barat Kota Ternate.
Erupsi didahului oleh beberapa kali gempa besar, kemudian terjadi letusan uap (freatik) hingga beberapa jam sebelum fajar, disertai dengan suara gemuruh dan sinar terang hingga pagi hari tanggal 7 sepet ember 1775.
Proses erupsi freato-magmatik ini, menyisakan sebuah kawah besar dan melenyapkan (amblesnya) Desa Soela Takomi, yang berada di atasnya bersama penduduknya.
Kawah-kawah maar ini kemudian terisi air, dan saat ini disebut sebagai Danau Tolire Jaha (Besar) dan Tolire Kecil.
Pengukuran yang dilakukan di Danau Tolire Besar oleh LIPI pada tahun 2011, menghasilkan informasi kondisi fisik danau dan daerah tangkapannya.
Danau Tolire dikelilingi tebing curam setinggi 60-80 meter, tidak mempunyai outlet dan inlet hanya berupa alur air dari puncak Gunung Gamalama.
Luas daerah tangkapan air (DTA) danau adalah 244,2 Ha dengan tanah ber-ordo inceptisols dan ultisols, dengan iklim termasuk tipe iklim B (Basah).
Kedalaman maksimum danau 43,1 meter, diameter 600 meter, luas badan air 26,5 Ha, kecerahan danau hanya 4 meter, salinitas, DO serta profil pH dan ORP mempunyai pola yang hampir sama, yang mengindikasikan bahwa pada kedalaman antara 8 dan 9 meter adalah lapisan chemocline atau oxycline.
Lapisan permukaan cenderung bersifat oksidatif dan lapisan dasar reduktif, tidak dijumpai adanya stratifikasi lapisan danau oleh perbedaan suhu, dengan suhu permukaan 30°C.
Daya dukung danau terhadap biota ikan sangat rendah, karena faktor tingginya kandungan sulfida dan lingkungan yang terisolir.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Maluku Utara, Abdul Kadir D Arif, mengungkapkan Maar Tolire atau dikenal dengan Danau Tolire, merupakan letusan yang berada di samping Gunung Gamalama.
Cara kerjanya, magma dalam tanah naik untuk menjadi letusan, proses naik belum sampai pada puncaknya bertemu dengan muka air tanah, ketika bertemu dengan air tanah, maka terjadi perubahan siklus energi.
Kebetulan berada pada lereng yang mengalami konteks eksistensi paling lemah, seperti material mudah lepas, retak-retak dan itu biasanya ada di flange gunung.
"Karena naik dengan suhu yang tinggi ketemu air jadi, The subsidence atau ambruk, maka terbentuklah Maar Tolire tersebut, ujarnya.
Sementara dinding yang tersisa adalah batuan yang paling kuat, dan yang jatuh ke dalam batuan yang paling lemah.
"Untuk bebatuan yang ada di tebing dari Danau Tolire tersebut, merupakan batuan andesit dari hasil letusan Gunung Gamalama, "bebernya.
Danau Tolire terbentuk pada tahun 1775, sebelum tahun tersebut, Gamalama yang lama sudah membentuk flange dari Tolire ini.
"Karena letusan terjadi pada 1775 maka usia Tolire, saat ini sudah mencapai 247 tahun. Saya sangat berharap pada masyarakat Kelurahan Takome di 2025 itu ada satu acara besar namanya Mark Tolire, artinya secara edukasi nilainya sangat tinggi, "ungkapnya.
Lebih lanjut, dengan nama judulnya para peneliti bakal datang, karena ada kawah ada Maar, dan Maar adalah Tolire itu.Tapi sama-sama terbentuk pada satu struktur Gunung api.
Secara geologi, ada periset tertentu yang fokusnya hanya di Mark. Ia mengaku, Danau Tolire yang telah terbentuk ratusan tahun tersebut, banyak kemungkinan sejumlah reptil bisa hidup.
"Tapi jika spesies endemik kaya ikan, apakah letusan dulu baru ada ikan, kita juga belum mengetahuinya. Kalau untuk buayanya, sama sekali saya juga bingung, "katanya.
Hal ini dikarena, jarang sekali kelompok buaya itu ada dalam Maar, lebih cenderung ada pada dua transisi muara, jika ada sirkulasi airnya. Banyak juga yang mengatakan bahwa ada lubang, belum juga ditemukan.
Baca juga: Pasca Inside Warga Diterkam Buaya, Danau Tolire Ternate Tampak Lengang
"Karena letusannya treato magmatik maka tidak akan pernah punya jalur pipa, karena dari bentuknya utuh sabse dens langsung jadi lubang, "jelasnya.
Untuk semua Maar yang di Seluruh Indonesia belum ditemukan Maar yang dihidupi buaya.
"Makanya, saya sangat ingin mendorong Maar Tolire, dikarenakan punya kekuatan secara sains, mitologi dan budaya, "tandasnya. (*)