Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pulau Morotai

Sepinya Pembeli, Banyak Pedagang di Pasar CBD Morotai Gulung Tikar

Banyak pihak menilai, kondisi ekonomi Morotai saat ini merupakan yang terburuk selama 14 tahun berdiri sebagai daerah otonomi baru.

Penulis: Fizri Nurdin | Editor: Mufrid Tawary
Tribunternate.com/ Fizri Nurdin
Suasana Pasar Rakyat Gotalamo atau Pasar CBD Daruba, Morotai Selatan, tampak sepi pengunjung, Rabu (11/10/2023) 

TRIBUNTERNATE.COM, MOROTAI - Banyak pedagang kecil hingga menengah dì Pulau Morotai gulung tikar akibat bangkrut.

Banyak pihak menilai, kondisi ekonomi Morotai saat ini merupakan yang terburuk selama 14 tahun berdiri sebagai daerah otonomi baru.

Dari penelusuran di lapangan, bangkrutnya para pedagang ini disebabkan karena melemahnya daya beli masyarakat.

Imbas paling besar tentu dirasakan para pedagang kecil di Pasar Central Business District (CBD) Gotalamo, Kota Daruba, Morotai Selatan.

Pantauan Tribunternate.com, Rabu (11/10/2023), puluhan pedagang di Pasar CBD baik itu pedagang ikan, sembako, barito, hingga kaki lima banyak telah menutup  lapaknya.

Kekosongan lapak ditambah tidak ada aktivitas warga yang lalu-lalang di pasar, membuat pasar CBD semakin terasa sepi.

Tak hanya pedagang kecil, pedagang menengah yang biasa menempati kuliner PJKC, untuk berjualan makanan pun sejak dua tahun terakhir telah menutup semua lapaknya.

Hal ini buntut dari tak adanya pembeli yang mampir. Belum lagi gedung Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang hingga kini masih banyak yang kosong.

Toks (51) salah satu pedagang ikan Pasar CBD mengaku, banyak rekan-rekannya yang sudah berhenti berdagang karena kehabisan modal, dan ada yang memilih berjualan keliling.

"Pedagang ikan yang keluar dari Pasar CBD itu ada sekitar 10 orang. Beberapa orang sudah berhenti jualan, tapi ada yang masih jualan keliling, dan sebagian jualannya di eks Pasar Gotalamo,"ungkapnya.

Baca juga: Polres Morotai Gelar Simulasi Pengaman Pemilu 2024

Dikatakan Anto, mereka memilih keluar dari pasar CBD, karena kurangnya pembeli.

"Waktu dimasa mantan Bupati Rusli Sibua pendapatan kami khusus pedagang ikan secara keseluruhan per hari Rp 5-10 juta,"cetusnya.

"Tapi di masa Bupati Benny Laos sampai dengan Pj Bupati sekarang ini, untuk capai Rp 2 juta saja, itu butuh 1-2 Minggu. Jadi ikan kami banyak yang rusak dan busuk,"sambungnya.

Sudah begitu, para pedagang ini diwajibkan membayar retribusi setiap harinya sebagai penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Disperindagkop-UKM.

"Hitungan retribusi satu hari Rp 3 ribu, itu khusus ikan. Tidak tahu pedagang Barito dan Sembako hitungan retribusinya berapa per hari," kata Anto.

Halaman
12
Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved