Banjir di Ternate
Cerita Abdul Haris saat Banjir Bandang Rua Ternate Maluku Utara: Teriakan Minta Tolong di Mana-mana
Abdul Haris Mahmud (62), salah satu korban selamat, menceritakan betapa mencekamnya saat bencana banjir tersebut terjadi
Penulis: Sansul Sardi | Editor: Iga Almira Rugaya Assagaf
TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - Bencana banjir bandang yang melanda Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Maluku Utara, pada Minggu (25/8/2024) lalu menyisakan duka mendalam.
Banjir tersebut menewaskan hingga 19 warga, dengan 1 lainnya yang masih dalam upaya pencarian Tim SAR Gabungan hingga Kamis (29/8/2024) hari ini.
Selain korban tewas, 6 warga juga alami luka-luka dan tengah menerima perawatan di Rumah Sakit.

Banjir yang membawa material batu besar itu juga menghancurkan 25 rumah, sehingga 224 warga harus mengungsi di gedung SMK Negeri 4 Ternate.
Baca juga: Polisi Beri Sesi Trauma Healing ke Korban Banjir Bandang di Ternate Maluku Utara
Peristiwa mengerikan yang terjadi sekitar pukul 04.00 WIT itu menjadi mimpi buruk bagi para korban yang berhasil selamat.
Abdul Haris Mahmud (62), salah satu korban selamat, menceritakan betapa mencekamnya saat bencana banjir tersebut terjadi.
Dalam kondisi gelap gulita karena listrik padam, Abdul Haris dan keluarganya berlarian berusaha menyelamatkan diri, karena rumah mereka sudah dihantam lumpur dan bebatuan.
Baca juga: Bank Indonesia Maluku Utara Salurkan Bantuan Sosial Korban Banjir Rua Ternate
"Saya pikir itu tsunami, karena sebelumnya sempat nonton televisi yang memberitakan kemungkinan adanya bencana," ujar Haris, Rabu (29/8/2024).
Haris bercerita, malam itu ia, istrinya, Rukia Usmayuda, cucunya Bili (11), dan keponakannya Aira (13), masing-masing berada di kamar yang berbeda.
"Saya baru pulang dari pengajian, jadi langsung meletakkan pakaian salat di kamar depan. Istri saya juga sudah membersihkan kamar karena saya berencana salat subuh."
Baca juga: Pemkot Ternate Maluku Utara Imbau Warga di Bantaran Kali Mati Waspada Cuaca Ekstrem
"Akhirnya, saya masuk di kamar anak saya yang kosong dan tak sadar tertidur di situ," lanjutnya.
Haris tiba-tiba terbangun setelah mendengar suara ledakan yang diduga berasal dari trafo listrik di dekat rumahnya.
Ledakan itu diikuti gemuruh keras yang membuatnya segera berteriak memanggil istri, keponakan, dan cucunya.
Baca juga: BPKP Maluku Utara Beri Bantuan ke Korban Banjir Bandang di Ternate
Dalam kondisi panik dan gelap gulita, mereka berlarian mencari pintu keluar.
"Saya berteriak memanggil istri dan anak-anak, berpikir ini sudah tsunami karena tanah juga bergoyang," kata Haris.
Setelah berkumpul di ruang tengah, Haris mencoba membuka pintu depan dan terkejut ketika melihat semua pohon pisang di depan rumahnya tumbang sehingga sulit keluar.
Sementara suara gemuruh karena batu besar yang terbawa arus banjir membuat situasi semakin kacau di luar.
Haris dan keluarganya kemudian mencoba keluar melalui pintu belakang, namun terhalang lumpur dan batu yang ternyata sudah mengepung rumah.
Dengan keberanian, Haris menceburkan diri ke dalam lumpur setinggi pinggang sambil membawa keponakannya untuk keluar dari rumah, lalu ia kembali untuk membantu cucu serta istrinya dengan cara yang sama.
"Setelah kami berhasil mencapai jalan, ada tetangga yang segera mengevakuasi mereka ke puskesmas menggunakan mobil di subuh itu," lanjutnya.
Setelah berhasil menyelamatkan keluarganya, di tengah situasi yang kacau tersebut, Haris mendengar suara minta tolong dari berbagai arah.
Ia bersama beberapa orang lainnya kemudian berusaha menyelamatkan para warga yang masih terjebak di dalam rumah, termasuk Dewi Husen dan ketiga anaknya.
"Tiga anak Dewi berhasil diselamatkan lewat plafon rumah, suaminya membongkar atap untuk mengeluarkan mereka. Sementara Dewi terjepit kursi, tapi akhirnya berhasil dievakuasi," tambah Haris.

Ketika pagi tiba dan langit mulai terang, Haris kembali ke rumahnya. untuk mengecek kondisi di sana.
Abdul Haris tertegun saat melihat ada dua batu besar berada tepat di depan pintu rumah, seolah-olah menghalangi lumpur masuk ke dalam.
"Allah masih sayang sekali pada saya dan keluarga, karena batu besar itu seperti menjadi penghalang lumpur masuk ke dalam rumah saya," ujarnya dengan suara parau.
Banjir bandang ini meninggalkan luka mendalam bagi warga Kelurahan Rua, namun cerita yang dialami Abdul Haris serta warga lainnya menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan solidaritas di tengah bencana. (*)
Polisi dan Pemerintah Respon Cepat Buka Akses Jalan 2 Kelurahan di Ternate |
![]() |
---|
Pemkot Ternate Segera Rampungkan Pembangunan Huntap Korban Banjir Bandang Kelurahan Rua |
![]() |
---|
Update Banjir di Kelurahan Akehuda Ternate : Pengungsi Bertambah, Tiga Warga Sakit |
![]() |
---|
Update Pengungsi Banjir Bandang Ternate Malut, Berikut Daftar 8 KK yang Pindah ke Rusunawa dan Mes |
![]() |
---|
SK Penanganan Pengungsi Banjir Bandang Rua Ternate Berakhir, Dinsos Maluku Utara Tarik Diri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.