BKKBN Malut
Stunting dan Kependudukan Jadi Fokus Kuliah Umum BKKBN di Ternate
BKKBN Maluku Utara menggelar Kuliah Umum bertema "Isu-Isu Kependudukan" di Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate
TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - Berdasarkan data World Population Review, jumlah penduduk dunia pada 25 April 2024 telah mencapai 8.005.176.000 jiwa.
Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan total 279.390.258 jiwa.
Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia tercatat sebesar 0,82 persen, meningkat dari 277.534.122 jiwa pada 2023.
Menanggapi tantangan kependudukan ini, Perwakilan BKKBN Maluku Utara menggelar Kuliah Umum bertema "Isu-Isu Kependudukan" di Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate pada Senin, 7 Oktober 2024.
Baca juga: Bank Indonesia Maluku Utara Musnahkan Rp 121 Miliar Uang Lusuh
Kuliah ini menghadirkan narasumber utama, Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, M.Rep.Sc, PhD, untuk membahas isu-isu penting seperti kondisi keluarga di Indonesia, capaian program Bangga Kencana, dan penanganan stunting.
Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate, Ridwan Yamko, S.KM., M.Kes., mengawali acara dengan ucapan selamat datang kepada Prof. Damanik dan berterima kasih kepada BKKBN yang telah menyelenggarakan acara ini.
"Saya berharap mahasiswa Poltekkes Ternate memanfaatkan kesempatan ini untuk mendalami isu kependudukan yang sangat relevan dan bermanfaat," ujar Ridwan.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku Utara, Nuryamin, STP, MM, juga menekankan pentingnya bagi mahasiswa Poltekkes untuk selalu update dengan informasi terkini agar tidak tertinggal dari kampus-kampus lain.
Dalam kuliah umum yang mengangkat tema "Berencana Itu Penting," Prof. Damanik menjelaskan bahwa stunting tidak dapat diatasi hanya oleh BKKBN. "BKKBN memerlukan kerja sama lintas sektor.
Misalnya, untuk mencuci tangan sebelum makan, kita memerlukan ketersediaan air, dan itu adalah tanggung jawab Kementerian PUPR," jelasnya.
Seorang mahasiswa kebidanan bernama Hania bertanya mengapa stunting harus diselesaikan secara konvergen dan mengapa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) disebut sebagai Golden Age.
Prof. Damanik menjawab bahwa masa 1.000 HPK adalah masa sensitif di mana sel otak anak berkembang pesat.
Baca juga: Harga Emas Pegadaian Hari Ini, Selasa 8 Oktober: UBS Naik Rp 10.000 Ukuran 1 Gram, Antam Stagnan
"Sel otak anak yang normal dapat menyimpan tiga juta memori, sementara anak yang terkena stunting jauh lebih terbatas," kata Prof. Damanik.
Ia juga menambahkan bahwa Provinsi Maluku Utara memiliki kekayaan alam yang melimpah, yang seharusnya dimanfaatkan untuk mengatasi stunting.
"Ini adalah tugas mahasiswa untuk berinovasi dalam mengelola kekayaan alam kita. Seharusnya, tidak ada lagi anak yang mengalami stunting di Provinsi Maluku Utara," tutup Prof. Damanik dalam pernyataannya. (*)
Artikel Humas BKKBN Maluku Utara: Husni Mubarok
Laut Bunaken di Manado Jadi Saksi Penyerahan Pataka Kirab Bangga Kencana |
![]() |
---|
Tidore Tuan Rumah Harganas 2025 |
![]() |
---|
Kemendukbangga/BKKBN Dorong Percepatan Quick Win Menteri Wihaji dan Bangga Kencana di Taliabu |
![]() |
---|
Tingkatkan Kinerja dan Sinergitas, Kemendukbangga/BKKBN RI Gelar Retreat Flower Bee Honey |
![]() |
---|
Semangat Baru di Dalam Logo Baru Kemendukbangga/BKKBN |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.