Halmahera Selatan
Warga Kesulitan Bayar Sekolah Anak Pasca Tambang Emas Rakyat Desa Kusubibi Halmahera Selatan Ditutup
"Sumber biaya pendidikan diperoleh dari hasil penambangan di Desa Kusubibi, Halmahera Selatan, "ungkap Iki, warga sekitar
Penulis: Nurhidayat Hi Gani | Editor: Munawir Taoeda
TRIBUNTERNATE.COM, BACAN - Langkah Polres Halmahera Selatan, Maluku Utara menutup aktivitas tambang emas ilegal di Desa Kusubibi, Kecamatan Bacan Barat berdampak terhadap kelangsungan hidup warga sekitar desa tersebut.
Bagaimana tidak, lokasi tambang yang ditutup, sudah cukup lama menjadi pusat ekonomi warga. Mereka bergantung terhadap hasil penambangan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Iki, Taha dan Ati, bagian dari warga Desa Kusubibi yang berjuang di tengah gempuran ekonomi yang memaksakan meraka harus berjibaku dengan lumpur dan palu, demi mendapatkan sesuap nasi serta biaya pendidikan anak-anak mereka yang menimbah ilmu di perguruan tinggi di Kota Ternate.
Mereka sadar bahwa yang diakukan adalah pekerjaan yang berisiko hukum, namun kebutuhan pendidikan dan rumah tangga memaksakan mereka harus mengambil langkah walaupun nyawa adalah penggantinya.
Baca juga: Minim Pemahaman Jadi Kendala, Penjualan Mobil Listrik di Maluku Utara Masih Rendah
Iki mengatakan dirinya memiliki tanggung jawab untuk menunjang kebutuhan pendidikan dua anaknya. Sumber biaya pendidikan diperoleh dari hasil penambangan di Kusubibi.

Iki mengaku merasa kesulitan sebab mata pencaharian yang ia harapkan pupus di tengah kebijakan penutupan tambang emas ilegal, yang sudah berlangsung lebih dari 5 bulan.
"Saya sebelumnya itu tidak sangka kalau bisa kasih sekolah anak-anak sampai ke perguruan tinggi. Memang semuanya itu karena ada tambang, "ujar Iki, Selasa (19/8/2025).
"Tetapi sekarang ini sudah setengah mati karena tambang tutup. Jadi bukan hanya uang semester anak-anak, tapi kebutuhan mereka di kos-kosan juga sudah setengah mati sekali, "sambungnya.
Senada dengan Iki, Taha juga mengalami hal serupa pasca tambang emas Kusubibi ditutup.
Pria yang sehari-hari bekerja pekerja sebagai pengangkut material emas dari kolam ke tempat pengolahan, berharap tambang tersebut bisa dibuka kembali dengan pertimbangan faktor kemanusiaan.
"Torang (kami) tidak memahami hukum, kami hanya masyarakat biasa yang bekerja untuk anak-anak punya cita-cita."
"Sudah semeter 3 ini, pendidikan anak-anak saya dibiayai dengan hasil di tambang bukan sumber lain, untuk itu torang minta ada perasaan manusia yang mesti torang kedepankan bukan hanya soal aturan, "imbuh Taha.
Baca juga: Hasil Lelang Pekerjaan Fisik Pemkab Halmahera Timur Capai 95 Persen
Hal serupa dialami Ati pasca aktivitas tambang Kusubibi ditutup. Wanita yang telah berusia lanjut ini mengatakan anaknya terpaksa kembali ke kampung akibat tidak ada biaya kuliah yang cukup.
Harapan besar anaknya menjadi 'orang besa' terpaksa putus sebab pendapatan yang tak sama seperti 5 bulan lalu.
"Torang (saya) punya anak juga torang kasih pulang karena mau bagimana lagi, sedangkan untuk pendidikan torang butuh doi (uang) banyak, jadi penutupan tambang ini sangat menggangu sekali torang punya penghasilan, "keluh Aty. (*)
Pelayanan Dinilai Buruk, Mahasiswa Geruduk Puskesmas Indari Halmahera Selatan |
![]() |
---|
Fakta-fakta 10 Siswa Sekolah Unggulan di Halsel Keracunan Makanan: Muntah hingga Pusing usai Sarapan |
![]() |
---|
Aksi Protes, Warga Halmahera Selatan Palang Jalan Buntut Lahan Belum Dibayar |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: 10 Siswa Sekolah Unggulan Halmahera Selatan Keracunan Makanan |
![]() |
---|
Adi Adam dan Hastomo Bakri Ditunjuk Pimpin GP PARMUSI Halmahera Selatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.