TRIBUNTERNATE.COM - Anggota Komisi VI DPR Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas Yudhoyono melontarkan kritikan terhadap pemerintah tentang penanganan Covid-19 dan menarasikan 'failed nation' atau bangsa yang gagal.
Kritikan ini disampaikan Ibas Yudhoyono, mengingat situasi pandemi Covid-19 yang kian mengganas.
Jumlah kasus infeksi Covid-19 dan angka kematian akibat penyakit tersebut di Tanah Air pun terus mengalami peningkatan drastis.
Putra kedua Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut
juga mempertanyakan akan sampai kapan bangsa kita akan terus begini.
Ibas khawatir kemungkinan Indonesia bisa disebut sebagai failed nation atau bangsa yang gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya di tengah pandemi Covid-19.
"Begini ya, Covid-19 makin ‘mengganas’. Keluarga kita, sahabat kita dan orang-orang di lingkungan kita banyak yang terpapar bahkan meninggal dunia. Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya,’’ kata Ibas melalui keterangannya yang diterima wartawan, Kamis (8/7/2021).
Baca juga: Tak Hanya Kasus Nia Ramadhani, Polisi Ungkap telah Terima Kasus 1,1 Ton Narkotika Selama Pandemi
Baca juga: Surat Keberatan Ditolak Pimpinan KPK, 51 Pegawai KPK yang Tak Lolos TWK Tetap akan Diberhentikan
Baca juga: Buntut Usulan Rumah Sakit Khusus Pejabat: Ditolak Partai Nasdem dan PKS, Rosaline Ditegur PAN
Ibas juga menyampaikan bahwa pemerintah terlihat tidak berdaya menangani pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun kedua.
Dia mencontohkan, kurangnya tabung oksigen, hal itu menurutnya menunjukkan antisipasi yang lemah dari Pemerintah.
‘’Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain, tapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat,” ujar Ibas.
Kasus tabung oksigen ini, menurutnya, merupakan preseden buruk.
Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah seolah-olah kurang sigap mempersiapkan kebutuhan untuk menjawab gejala-gejala yang muncul sebelumnya.
‘’Kan ada varian baru di negara lain. Kita tahu, itu bukan tak mungkin masuk ke negara kita. lalu muncul kasus-kasus baru, kemudian angka yang kita khawatirkan juga terjadi, dan lain sebagainya. Itu semua gejala-gejala yang rasanya mudah dibaca dan terkait dengan kesiapan kita dalam menyediakan kebutuhan medis. Tidak ada yang mendadak. Karena pandemi kan sudah masuk tahun kedua, jadi harusnya bisa diantisipasi,’’ ucapnya.
Selain itu, Ibas juga meminta pemerintah tegas mengambil keputusan soal vaksin. Jika vaksin yang sebelumnya tidak cukup manjur, segera sediakan vaksin yang lebih baik.
Kemudian percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrim menurutnya harus menjadi prioritas.