Virus Corona
Studi di Denmark: Kasus Reinfeksi Covid-19 Jarang Ditemukan, tetapi Lebih Rentan Terjadi pada Lansia
Bagi orang berusia di atas 65 tahun, tingkat perlindungan terhadap reinfeksi Covid-19 menurun tajam jika dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
TRIBUNTERNATE.COM - Sebuah studi terbaru menunjukkan, penyintas (survivor) Covid-19 dapat terlindungi dari kasus infeksi ulang atau reinfeksi selama kurang lebih enam bulan.
Namun, penyintas Covid-19 yang sudah berusia lanjut lebih rentan terinfeksi virus corona untuk kedua kalinya.
Studi tersebut dilaporkan pada Kamis (18/3/2021), sebagaimana dikutip TribunTernate.com dari laman Channel News Asia.
Sebuah penelitian mengenai tingkat reinfeksi di Denmark tahun lalu menunjukkan, lebih dari 0.5 persen dari orang yang dites positif Covid-19 selama gelombang pertama dari Maret hingga Mei, ternyata juga dinyatakan positif Covid-19 selama gelombang kedua, dari September hingga Desember.
Baca juga: Studi di Inggris: Pasien yang Sembuh dari Covid-19 akan Terlindungi dari Reinfeksi dalam 6 Bulan
Baca juga: Pasca-Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021, Ketua Umum PBSI Ungkap Kondisi Para Atlet
Baca juga: Nama Baru untuk Aprilia Manganang, Istri KSAD Beri Nama Lanang: Kamu Lahir Sebagai Lelaki
Di antara angka ini, para peneliti menemukan bahwa infeksi awal Covid-19 kemungkinan memberikan perlindungan sekitar 80 persen dari reinfeksi ulang di antara orang-orang yang berusia di bawah 65 tahun.
Namun, persentase itu turun menjadi hanya 47 persen pada orang yang sudah berusia lanjut.
"Kami tidak melihat apa-apa untuk menunjukkan bahwa perlindungan terhadap reinfeksi menurun dalam waktu enam bulan setelah terjangkit Covid-19," kata Daniela Michlmayr, seorang peneliti di Staten Serum Institute di Denmark dan salah satu penulis studi di jurnal The Lancet.
Pengujian polymerase chain reaction (PCR) gratis yang tersedia untuk siapa saja di Denmark terlepas dari gejalanya, telah menjadi pilar utama dari strategi nasional negara itu untuk mengendalikan Covid-19.
Lebih dari dua per tiga populasi atau sekitar 4 juta orang diuji pada tahun 2020.
Rasio hasil tes positif dan negatif - dengan mempertimbangkan perbedaan usia, jenis kelamin dan waktu sejak infeksi - digunakan untuk melihat perkiraan perlindungan terhadap infeksi ulang.
Tingkat infeksi lima kali lebih tinggi untuk orang yang dites negatif selama gelombang pandemi di musim semi dan kemudian positif selama gelombang kedua.
Di antara lebih dari 9.000 orang berusia di bawah usia 65 tahun yang dites positif Covid-19 pada gelombang pertama, hanya 55 orang - atau 0,6 persen - yang dinyatakan positif lagi selama gelombang kedua.
Sementara, ada 3,6 persen individu dalam kelompok usia ini yang dites positif selama gelombang kedua, tetapi sebelumnya negatif pada gelombang pertama.
Baca juga: Ketua Satgas Covid-19 IDI: Jika Sertifikat Vaksinasi Jadi Syarat Bepergian, Jangan Ada Diskriminasi
Baca juga: Ini Sederet Upaya Kubu Moeldoko Gusur AHY: Daftar ke Kemenkumham hingga Laporkan AHY ke Bareskrim

Melindungi orang usia lanjut
Para peneliti mengatakan, ini berarti bahwa infeksi awal Covid-19 kemungkinan memberikan perlindungan 80 persen dari infeksi ulang di antara orang-orang yang berusia di bawah 65 tahun.
Namun, bagi mereka yang berusia di atas 65 tahun, tingkat perlindungan terhadap reinfeksi menurun tajam.
Di antara lebih dari 1.900 orang berusia di atas 65 tahun yang dites positif Covid-19 selama gelombang pertama, ada 17 orang (0,88 persen) yang dinyatakan positif lagi selama gelombang kedua.
Jika dibandingkan, ada 1.866 orang dari lebih dari 90.000 orang yang berusia di atas 65 tahun (2 persen) yang dites positif selama gelombang kedua, tetapi hasil tes mereka negatif pada gelombang pertama.
Ini artinya, ada perbedaan perlindungan terhadap kasus reinfeksi ulang Covid-19 pada lansia sebesar 47 persen.
"Studi kami mengonfirmasi apa yang terlihat oleh sejumlah studi lain: kasus infeksi ulang Covid-19 jarang terjadi pada orang yang usianya lebih muda dan sehat," kata Steen Ethelberg dari Statens Serum Institute di Denmark.
"Namun, orang berusia lanjut berisiko lebih besar tertular lagi," tambahnya.
"Temuan kami memperjelas betapa pentingnya menerapkan kebijakan untuk melindungi lansia selama pandemi," tegas Steen.
Namun, dalam studi ini para peneliti belum dapat memperkirakan perlindungan terhadap infeksi ulang dengan varian baru Covid-19, yang mana beberapa di antaranya lebih mudah menular.
Sebab, varian baru itu muncul setelah periode penelitian dilakukan.
"Banyak yang akan mandapati data-data ini ... relatif mengkhawatirkan," kata Profesor Rosemary J Boyton dan Daniel M Altmann dari Imperial College London dalam sebuah komentar, yang juga dipublikasikan di The Lancet.
"Hanya ada persentase perlindungan 80 persen dari infeksi ulang secara umum, menurun menjadi 47 persen pada orang yang berusia 65 tahun ke atas; angka yang lebih mengkhawatirkan daripada yang ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya."
"Semua data ini adalah konfirmasi, jika diperlukan, bahwa untuk SARS-CoV-2, harapan perlindungan kekebalan melalui infeksi alami mungkin tidak dapat kita jangkau dan program vaksinasi global dengan vaksin yang berkhasiat tinggi adalah solusi yang lebih tahan lama," tulis para peneliti.
SUMBER: Channel News Asia
(TribunTernate.com/Rizki A.)