Polemik Kebijakan Impor Beras, Mendag Muhammad Lutfi: Kalau Memang Saya Salah, Saya Siap Berhenti
Kebijakan impor beras sebesar satu hingga 1,5 juta ton yang beberapa waktu lalu diungkap oleh pemerintah menuai polemik dan berbagai kritikan.
TRIBUNTERNATE.COM - Kebijakan impor beras sebesar satu hingga 1,5 juta ton yang beberapa waktu lalu diungkap oleh pemerintah melalui Kementerian Koordinator Perekonomian menuai polemik.
Kebijakan itu dilakukan melalui penugasan kepada Perum Bulog untuk memenuhi kebutuhan tahun 2021.
Langkah impor beras telah disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3/2021) lalu.
Pemerintah mengklaim, rencana impor beras bertujuan untuk menjaga stok beras nasional.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengaku siap berhenti dari jabatannya kalau keputusan mengenai impor beras sebesar 1 juta ton salah.
Ia mengatakan keputusan tersebut diambil melalui perhitungan yang matang terkait dengan ketersediaan beras di Perum Bulog.
"Saya mesti memikirkan yang tidak terpikirkan, saya mesti mengambil keputusan pada keputusan yang tidak populer, saya hadapi. Kalau memang saya salah, saya siap berhenti, tidak ada masalah, tapi tugas saya memikirkan yang tidak dipikirkan oleh Bapak dan Ibu," ungkapnya dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Senin (22/3/2021).
Ia menjelaskan ketika pertama kali menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada 23 Desember 2020 lalu, sudah ada notulen rapat di tingkat kabinet yang menyatakan bahwa Perum Bulog harus memiliki cadangan beras atau iron stock sebesar 500 ribu ton.
Kemudian, disebutkan bahwa pengadaan beras untuk iron stock Perum Bulog bisa berasal dari impor.
Sementara itu, ia mengatakan posisi cadangan beras Bulog saat ini 800 ribu ton, itu pun termasuk sisa beras impor pada 2018 sebanyak 270 ribu ton-300 ribu ton.
"800 ribu ton dikurangi beras 2018, kalau 2018 antara 270 ribu ton sampai 300 ribu ton, artinya Bulog hari ini bisa cadangannya di bawah 500 ribu ton. Itu yang saya takutkan karena dengan 500 ribu ton pemerintah bisa dipojokkan oleh pedagang dan juga oleh spekulan," katanya.
Baca juga: Rencana Impor Beras 1 Juta Ton Tuai Kritikan dari Faisal Basri, Rizal Ramli, hingga Febri Diansyah
Baca juga: Wacana Impor Beras 1 Juta Ton: Ditolak DPR, Muncul Pasca-Seruan Benci Produk Luar Negeri dari Jokowi
Di sisi lain, ia menuturkan serapan gabah Perum Bulog dari tangan petani tidak berjalan baik karena cenderung turun.
Kondisi itu dikhawatirkan dapat memengaruhi cadangan beras Bulog.
Ia menjelaskan rendahnya serapan gabah Perum Bulog dari tangan petani lantaran curah hujan membuat gabah petani basah sehingga tidak bisa dijual ke Bulog.
"Ada kekeringan minimum untuk bisa beli CBP (Cadangan Beras Pemerintah) itu jelas, yang sekarang jadi permasalahan pengering di tingkat petani itu tidak ada," tuturnya.