Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Terkini Internasional

Kasus Kematian Harian Covid-19 di India Pecah Rekor Lagi, Pemerintah Pusat Enggan Terapkan Lockdown

Rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium di India kewalahan karena ada lebih dari 300.000 kasus baru setiap hari selama lebih dari 10 hari.

Kompas.com
Krematorium darurat di India dibuat setelah adanya lonjakan kasus kematian akibat Covid-19 di negara tersebut. Rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium di India kewalahan karena ada lebih dari 300.000 kasus baru setiap hari selama lebih dari 10 hari berturut-turut. 

TRIBUNTERNATE.COM - Pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19 di India saat ini tengah menjadi sorotan dunia.

Sebab, India yang sebelumnya dianggap berhasil melandaikan kurva pandemi lagi-lagi mengalami lonjakan kasus infeksi yang tinggi.

Bahkan, angka kasus kematian harian akibat Covid-19 di India kembali memecahkan rekor tertingginya.

Dikutip TribunTernate.com dari laman Channel News Asia, jumlah kematian Covid-19 di India pada Minggu (2/5/2021) kemarin tercatat sebesar 3.689 kasus.

Ini adalah jumlah kasus kematian harian akibat Covid-19 tertinggi sejak dimulainya pandemi.

Jumlah tersebut membuat total kasus kematian akibat Covid-19 di negara itu menembus angka 215.000.

Persisnya, virus corona telah menewaskan 215.542 orang di India sejauh ini. 

Baca juga: Kesaksian WNI Terkait Tsunami Covid-19 yang Terjadi di India: Ini Peristiwa Nyata

Baca juga: Krisis Covid-19, Warga India Jual Perhiasan Istri untuk Jadikan Bajaj Miliknya Ambulans Gratis

Gelombang virus corona Covid-19 di India telah membuat rumah sakit, krematorium, dan lahan permakaman 'overload' alias kelebihan beban.
Gelombang virus corona Covid-19 di India telah membuat rumah sakit, krematorium, dan lahan permakaman 'overload' alias kelebihan beban. (AFP/Manjunath Kiran)

Otoritas setempat juga melaporkan adanya 392.488 kasus infeksi baru dalam 24 jam sebelumnya, sehingga total kasus infeksi Covid-19 di India mencapai 19,56 juta. 

Rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium India pun kewalahan karena negara itu melaporkan lebih dari 300.000 kasus baru setiap harinya, selama lebih dari 10 hari berturut-turut.

Banyak keluarga pasien yang harus berjuang sendiri untuk mendapatkan obat-obatan dan oksigen.

Baca juga: Kisah Petugas Ambulans di India, Angkut 40 hingga 50 Jenazah Pasien Covid-19 Setiap Hari

Baca juga: WHO: Varian Baru Virus Corona Penyebab Tsunami Covid-19 di India Sudah Terdeteksi di 17 Negara

Baca juga: Dirjen WHO: Gambaran Situasi Pandemi Covid-19 di India Sangat Memilukan

Hampir 10 negara bagian dan wilayah persatuan India telah memberlakukan beberapa kebijakan pembatasan.

Sementara, pemerintah federal masih enggan untuk memberlakukan lockdown atau penguncian nasional.

Negara bagian di timur India, Odisha, menjadi negara bagian terbaru yang mengumumkan pemberlakuan lockdown selama dua minggu.

Sebelumnya, negara bagian Delhi, Maharashtra, Karnataka, dan Benggala Barat juga menerapkan kebijakan yang sama.

Kemudian, negara bagian lain, termasuk Uttar Pradesh, Telangana, Assam, Andhra Pradesh, dan Rajasthan, memberlakukan jam malam atau lockdown pada akhir pekan.

Pada Minggu kemarin, surat kabar Indian Express melaporkan bahwa gugus tugas Covid-19 negara itu telah menyarankan pemerintah federal untuk memberlakukan lockdown nasional.

Baca juga: Update WNI Positif Covid-19 di Luar Negeri Senin, 3 Mei 2021: Total 189 Orang Meninggal Dunia

Baca juga: Bubuk Putih yang Disita di Eks Markas FPI Dipastikan Bahan Peledak, Apa Tanggapan Aziz Yanuar?

Baca juga: Video Viral Jamaah Diusir dari Masjid karena Pakai Masker, Si Pengusir: Aturan Ulama Lebih Tinggi

Pada April 2021 lalu, Perdana Menteri India, Narendra Modi mengatakan semua upaya harus dilakukan untuk menghindari lockdown.

Pemerintah federal khawatir lockdown akan berdampak buruk pada ekonomi.

Lockdown yang diberlakukan tahun lalu setelah wabah Covid-19 pertama menyebabkan hilangnya pekerjaan karena output ekonomi turun 24 persen pada April hingga Juni 2020, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Krematorium darurat di India.
Krematorium darurat di India. (Kompas.com)

Pemerintah Modi mendapat kritikan keras karena membiarkan jutaan orang yang sebagian besar tidak mengenakan masker menghadiri festival keagamaan dan rapat umum politik yang digelar di lima negara bagian hingga Maret dan April 2021.

Kasus harian di negara bagian ini telah melonjak sejak saat itu.

Pada Sabtu (1/5/2021), Reuters melaporkan bahwa pemerintah federal telah dianggap gagal dalam menanggapi peringatan pada awal Maret 2021 dari penasihat ilmiahnya sendiri.

Peringatan pakar saat itu menyebut bahwa varian baru dan lebih menular sedang terjadi di India.

"BEBAN TERLALU BESAR"

Pada Sabtu lalu, Kepala Serum Institute India - pembuat vaksin terbesar di dunia - mengatakan kepada surat kabar The Times, selama perjalanan bisnis ke Inggris, dirinya 'diburu' oleh para pemimpin politik dan bisnis untuk mendapatkan lebih banyak pasokan vaksin.

"'Ancaman' adalah istilah yang meremehkan," kata Adar Poonawalla kepada surat kabar itu.

"Tingkat ekspektasi dan agresi kali ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Bebannya terlalu besar. Semua orang merasa mereka harus mendapatkan vaksin," lanjutnya.

Para ahli telah meminta pemerintah untuk memberikan lebih banyak fleksibilitas dalam peluncuran vaksin India, terutama di daerah pedesaan yang lebih miskin di mana jangkauan Internet lebih rendah.

"Kami harus mendapatkan vaksin yang cukup, kemudian merencanakan dari bawah ke atas melalui ... tingkat pusat kesehatan primer," kata ahli kesehatan masyarakat yang berbasis di Bangalore, Hemant Shewade, kepada AFP.

"Berikan vaksin kepada orang-orang dengan cara seperti saat kami menerapkan kampanye polio dan campak kami," tambahnya.

ILUSTRASI vaksin Covid-19.
ILUSTRASI vaksin Covid-19. (europeanpharmaceuticalreview.com)

Alarm peringatan lonjakan kasus Covid-19 juga berdering di negara-negara lain di Asia Selatan yang berpenduduk padat.

"Kasus infeksi telah melonjak melebihi kapasitas sistem kesehatan," kata kementerian kesehatan Nepal pada Jumat (30/4/2021).

Nepal memperingatkan bahwa jumlah tempat tidur rumah sakit mulai habis di tengah lonjakan infeksi Covid-19.

Pada Minggu kemarin, Nepal telah mencatat 7.137 kasus infeksi baru, dan ini menjadi rekor tertinggi.

Data dari kementerian menunjukkan, hampir 40 persen orang yang dites kembali menunjukkan hasil positif.

Pemerintah telah memberlakukan lockdown atau penutupan sebagian di hampir setengah dari total 77 distrik  di Nepal.

Di Sri Lanka, kasus infeksi harian mencapai rekor 1.699 pada hari Sabtu.

Otoritas Sri Lanka memberlakukan pembatasan lebih lanjut pada pergerakan dan aktivitas masyarakat di beberapa bagian negara pulau itu.

"Kami bisa menghadapi krisis seperti India dalam waktu dekat kecuali kami menghentikan tren infeksi saat ini," kata kepala ahli epidemiologi Sri Lanka, Sudath Samaraweera.

SUMBER: Channel News Asia

(TribunTernate.com/Rizki A.)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved