Nama Tokoh Pendiri Turki Dijadikan Nama Jalan, HNW: Harusnya Wagub DKI Pertimbangkan Masyarakat
Wakil Ketua MPR RI periode 2019-2024, Hidayat Nur Wahid, menanggapi pemberian nama Mustafa Kemal Ataturk sebagai nama satu ruas jalan di DKI Jakarta.
Terkait lokasi jalan tersebut, Dubes RI Lalu M Iqbal telah meminta untuk melakukan konfirmasi langsung dengan Pemprov DKI.
Baca juga: Arab Saudi Kembali Buka Ibadah Umrah, HNW: Kalau Bisa Jokowi Komunikasi Langsung dengan Raja Salman
Baca juga: Polri Minta Maaf & Cabut Telegram Larang Media Siarkan Arogansi Polisi, Hidayat Nur Wahid: Itu Baik
Baca juga: Masjidil Haram di Mekkah Dibuka dengan Kapasitas Penuh, Stiker Jaga Jarak Sosial Dihapus
Tanggapan Akademisi tentang Nama Tokoh Pendiri Republik Turki Dijadikan Nama Jalan di Ibu Kota
Pemerintah DKI Jakarta berencana mengubah satu nama jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat menjadi nama tokoh Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Hal ini pun menuai polemik baik pro maupun kontra dari berbagai kalangan,
Akademisi Kajian Timur Tengah dan Islam Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI), Dr. Syauqillah berpendapat penamaan jalan merupakan bentuk hubungan resiprokal dalam konteks diplomasi kedua negara, di mana founding father (pendiri) Republik Indonesia Ir. Soekarno telah menjadi nama jalan di ibukota Turki, Ankara.
"Ataturk dalam bahasa Turki berarti bapak Turki, memiliki kesamaan peran historis dengan Soekarno dalam konteks perlawanan terhadap kolonialisme," kata Syauqillah di Jakarta, Senin (18/10/2021) sebagaimana diwartakan Tribunnews.com.
Menurut Syauqillah, Presiden Turki saat ini Recep Tayyip Erdogan yang memiliki banyak simpatisan dan pengagum di Indonesia, adalah sosok yang mengagumi Mustafa Kemal Ataturk.
Hal itu, lanjutnya, seringkali ditemukan dalam sejumlah peresmian megaproyek Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (AKP), di mana terlihat foto Erdogan bersanding dengan Kemal Ataturk.
"Ada pandangan di Turki bahwa Erdogan adalah sosok yang mampu mentransformasikan ajaran Mustafa Kemal Ataturk di era modern saat ini," ujarnya.
Ia menegaskan, Mustafa Kemal Ataturk adalah sosok yang berhasil menanamkan nilai-nilai persatuan, yang menjadikan Turki dapat melewati beberapa fase sulit dalam kesejarahannya.
Berbeda dengan dunia Arab lainnya, yang mudah sekali terjadi perpecahan bahkan konflik internal.
Nilai nasionalisme yang ditanamkan oleh Mustafa Kemal Ataturk dapat dinilai menyatukan Turki saat peristiwa Gezi Park 2013, demo yang berlangsung selama hampir sebulan penuh saat itu.
Banyak pengamat luar negeri yang menilai Turki akan terdampak Arab Spring dan memiliki nasib seperti beberapa negara tetangganya, mengalami konflik internal, tetapi nyatanya Turki tetap bersatu.
"Perlawanan percobaan kudeta 2016 juga dapat memperlihatkan betapa nasionalisme yang diwariskan oleh Kemal Ataturk mampu menggerakan demonstran melawan percobaan kudeta, hanya dengan bekal genggaman bendera Turki," tukasnya.
Penjelasan Wakil Gubernur DKI Jakarta
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/ternate/foto/bank/originals/hidayat-hnw.jpg)