Virus Corona
Kasus Covid-19 Tak Kunjung Membaik, Tenaga Kesehatan di Singapura Ramai-Ramai Mengundurkan Diri
Sekitar 1.500 tenaga kesehatan Singapura telah mengundurkan diri pada paruh pertama tahun 2021 karena berbagai macam alasan.
TRIBUNTERNATE.COM - Di tengah krisis tenaga kerja rumah sakit di Singapura, tingkat pengunduran diri di kalangan tenaga kesehatan (nakes) telah meningkat tahun ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Senior Kesehatan Negara Singapura, Janil Puthucheary pada Senin (1/11/2021).
Diketahui, sekitar 1.500 tenaga kesehatan telah mengundurkan diri pada paruh pertama tahun 2021.
Padahal, kata Janil, hanya ada sebanyak 2.000 tenaga kesehatan yang mengundurkan diri setiap tahunnya di masa sebelum pandemi.
Bahkan, tenaga kesehatan asing dari luar negeri telah mengundurkan diri dalam jumlah yang lebih besar tahun ini.
Ada hampir 500 dokter dan perawat asing yang telah mengundurkan diri pada paruh pertama tahun 2021.
Sementara di tahun 2020, secara keseluruhan hanya ada sebanyak 500 tenaga kesehatan asing yang mengundurkan diri.
Pengunduran diri para nakes ini sebagian besar diajukan karena alasan pribadi, yakni untuk migrasi atau kembali ke negara asal mereka.
Baca juga: Disneyland Shanghai Ditutup Tiba-Tiba karena Satu Kasus Covid-19, 34.000 Orang Terjebak di Dalamnya
Baca juga: Varian Delta Plus AY.4.2 Sudah Masuk Singapura, Bagaimana dengan Varian Covid-19 di Indonesia?
Janil lalu mengutip sebuah pesan yang ia terima dari seorang anggota senior tim klinis dan seorang rekannya.
Mereka menyampaikan tentang kondisi tenaga kesehatan yang makin meregang, terlalu banyak bekerja, lelah, dan bagaimana pandemi yang mulanya dimulai sebagai lari 2,4 kilometer kini telah menjadi maraton.
"Orang-orang kami kelelahan secara fisik, mental, emosional. Entah mereka akan mengakuinya atau tidak," kata Janil mengutip pesan tersebut.
"Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tingkat pengunduran diri meningkat tahun ini," ucap Janil dikutip dari Channel News Asia.
Dr Janil pun kemudian memberikan perincian tentang kondisi tenaga kesehatan dalam rangka menanggapi pertanyaan dari para anggota parlemen.
Mereka mengajukan beberapa pertanyaan terkait nakes tentang krisis tenaga kerja, jumlah cuti yang diambil dan apakah nakes didiskriminasi saat mereka mengambil cuti sakit.
Diketahui, sebagian besar tenaga kesehatan tidak memiliki kesempatan untuk mengambil cuti sejak tahun 2020.
Bahkan, kata Janil, lebih dari 90 persen di antara mereka tidak dapat menyelesaikan akumulasi cuti mereka untuk tahun 2021.
Baca juga: Aturan Terbaru Naik Pesawat Terbang: Tes PCR untuk Penumpang yang Baru Divaksin Satu Kali
Baca juga: Pencairan insentif Nakes Terlambat, 10 Kepala Daerah Ditegur Mendagri Tito Karnavian
"Proporsi ini lebih tinggi dibandingkan dua tahun terakhir. Tenaga kesehatan kami telah melampaui panggilan tugas untuk merawat pasien mereka," ucap Dr Janil.
Janil mengatakan bahwa rumah sakit berusaha meminimalkan waktu lembur bagi para tenaga kesehatan.
Untuk bulan September, perawat bekerja rata-rata 160 hingga 175 jam per bulan.
Departemen Kesehatan Singapura lantas menjangkau lebih banyak sukarelawan untuk dapat bergabung dengan SG Healthcare Corps.
Selain itu, Depkes juga bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk membantu meringankan beban tenaga kesehatan di rumah sakit umum.
Lebih jauh, Dr Janil menjelaskan bahwa kementerian juga telah meningkatkan perekrutan tenaga kesehatan dari luar negeri.
Hal itu dilakukan untuk menjawab Ketua Partai Buruh Pritam Singh yang meminta jumlah tenaga kesehatan asing untuk direkrut.
Namun, menurut Janil, salah satu tantangan merekrut pekerja baru adalah mereka akan menjadi orang baru di lingkungan yang harus beradaptasi dari nol.
Baca juga: Ombudsman RI Nilai Pemerintah Sanggup Beri Subsidi Harga Tes PCR: Masyarakat 30%, Pemerintah 70%
Baca juga: Satgas Covid-19 Jelaskan Transisi Pandemi Jadi Endemi, Ada 5 Upaya Bangun Ketahanan Kesehatan
Ia mengatakan bahwa penambahan tenaga kerja baru akan membuat perbedaan di bagian lain dari ekosistem perawatan kesehatan.
"Kami berharap dapat memindahkan sedikit tenaga kerja ke beberapa area aktivitas tinggi dan kemudian membebaskan beberapa orang untuk pergi dan membantu di ICU."
"Tapi, saya pikir ini lebih merupakan strategi jangka menengah daripada sesuatu yang dapat kita andalkan sebagai perbaikan mendesak untuk masalah kita saat ini," katanya.
Janil Puthucheary kemudian juga menjawab pertanyaan MP Tan Wu Meng (PAP-Jurong) tentang departemen rumah sakit yang memperhitungkan cuti sakit sebagai indikator kinerja.
"Sebelumnya hal itu memang ada dan terjadi, namun praktik ini telah berhenti," katanya.
Janil lantas mengeaskan bahwa karyawan yang mengkhawatirkan hal itu bisa menghubungi serikat pekerja mereka, Depkes atau Kementerian Tenaga Kerja untuk meminta bantuan.
(TribunTernate.com/Ron)