Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

WHO: Fase Kritis Covid-19 Bisa Berakhir pada Pertengahan Tahun 2022 Jika Syarat Ini Terpenuhi

Dirjen WHO mengatakan bahwa fase kritis atau akut dari pandemi Covid-19 akan bisa berakhir pada pertengahan tahun 2022, yakni pada Juni atau Juli.

Fabrice COFFRINI / AFP
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus saat berbicara dalam konferensi pers pada 20 Desember 2021 di markas WHO di Jenewa. 

Sementara itu, Kepala Badan Kesehatan PBB menunjukkan bahwa sejak Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika selatan, hampir 90 juta kasus Covid-19 telah dilaporkan ke WHO, jumlah ini jauh lebih banyak daripada tahun 2020.

Sementara, varian Covid-19 baru itu diketahui lebih ringan gejalanya, dia menekankan bahwa "kita sekarang mulai melihat adanya peningkatan kematian yang sangat mengkhawatirkan di sebagian besar wilayah dunia."

Ilustrasi Virus Corona.
Ilustrasi Virus Corona. (Kompas.com)

Sejak Covid-19 pertama kali muncul di China pada akhir 2019, lebih dari 373 juta kasus yang dikonfirmasi dan hampir 5,7 juta kematian telah dilaporkan ke WHO. Akan tetapi, jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.

Kemudian, Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengakui bahwa di beberapa negara dengan sistem kesehatan yang kuat dan cakupan vaksinasi yang luas, memang rasanya sudah cukup masuk akal untuk mulai menghapus beberapa pembatasan.

Baca juga: WHO: Omicron Bahaya bagi yang Belum Divaksinasi dan Bisa Timbulkan Varian Baru yang Lebih Ganas

Baca juga: Swedia Nyatakan Pandemi Covid-19 Sudah Berakhir di Negaranya, Aturan dan Pembatasan Resmi Dicabut

Namun, dia memperingatkan bahwa "negara-negara yang membuat keputusan untuk membuka diri secara lebih luas juga perlu memastikan bahwa mereka memiliki kapasitas untuk memperkenalkan kembali langkah-langkah dengan penerimaan masyarakat dengan cepat jika diperlukan" - misalnya, jika jumlah kasus melonjak atau varian baru yang lebih berbahaya muncul.

"Kalau buka pintunya cepat, (harusnya) juga bisa menutupnya dengan sangat cepat juga," katanya.

Dia juga menyayangkan negara-negara tanpa cakupan vaksin tingkat tinggi atau infrastruktur kesehatan kuat yang justru "secara membabi buta" tunduk pada tekanan politik untuk mulai mencabut pembatasan.

"Ketakutan terbesar saya saat ini adalah bahwa negara-negara akan memiliki sindrom lemming dan akan membuka diri hanya karena negara tetangga mereka sudah terbuka," katanya kepada wartawan.

Menyerah pada tekanan semacam itu, dia memperingatkan, akan menimbulkan risiko penularan yang tidak perlu, gejala penyakit yang parah, dan yang terburuk, kematian.

Kemudian, Tedros menekankan perlunya untuk terus melacak varian-varian virus corona yang muncul, termasuk sub-garis keturunan Omicron BA.2.

"Virus ini akan terus berkembang, itulah sebabnya kami meminta negara-negara di dunia untuk melanjutkan pengujian, pengawasan, dan pengurutan virus," katanya.

"Kita tidak bisa melawan virus ini jika kita tidak tahu apa yang dilakukannya," tambah Tedros.

(TribunTernate.com/Ron)(The Straits Times)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved