Virus Corona
Ilmuwan Temukan Varian Covid-19 Baru Deltacron, Terdeteksi Sejak Awal Tahun 2022, Seberapa Parah?
Deltacron adalah varian Covid-19 yang mengandung unsur Delta dan Omicron atau dengan kata lain mengandung gen dari kedua varian tersebut.
Apakah masyarakat perlu khawatir dengan Deltacron?
Para ahli menegaskan bahwa varian rekombinan ini tidak umum, dan Deltacron bukan varian pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir juga untuk Covid-19.
"Ini terjadi setiap kali kita berada dalam periode peralihan dari satu varian dominan ke varian lain, dan biasanya merupakan keingintahuan ilmiah, tetapi tidak lebih dari itu," kata Dr Jeffrey Barrett, eks ketua inisiatif genomik Covid-19 di Wellcome Trust Sanger Institute.
Namun, dengan adanya sejumlah kecil kasus Deltacron yang teridentifikasi hingga kini, belum ada data yang terkait tingkat keparahan varian atau seberapa baik vaksin bisa melindungi manusia dari varian ini.
Sementara itu, Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan bercuit di akun Twitternya pada Selasa (8/3/2022) terkait kemungkinan adanya varian rekombinan Covid-19.
Baca juga: Tak Bisa Disamakan, Covid-19 Omicron Masih Lebih Mematikan Dibandingkan Flu Musiman
Baca juga: Hati-Hati, Orang yang Terpapar Omicron Bisa Alami Long Covid, Gejala Tak Hilang Sampai Sebulan Lebih
"Kami telah mengetahui bahwa peristiwa rekombinan dapat terjadi, pada manusia atau hewan, dengan berbagai varian #SarsCoV2 yang beredar."
"Perlu menunggu eksperimen untuk bisa mengetahui sifat-sifat virus ini. Pengurutan, analitik, dan berbagi data secara cepat menjadi penting saat kita menghadapi pandemi ini," tulis Swaminathan.
Lawrence Young pun setuju dengan pernyataan Swaminathan soal Deltacron tersebut.
"Kita perlu mengawasi perilaku rekombinan ini dalam hal penularannya dan kemampuannya untuk lolos dari perlindungan kekebalan yang dihasilkan dari vaksin," katanya.
"Ini juga berfungsi untuk memperkuat kebutuhan untuk mempertahankan pengawasan genetik. Ketika virus terus bersirkulasi, terutama pada populasi yang kurang divaksinasi dan pada orang yang kekebalannya akibat vaksin menurun, kami kemungkinan besar akan melihat lebih banyak varian termasuk yang dihasilkan melalui rekombinasi."
Namun, bukan berarti varian tersebut menjadi alasan bagi masyarakat untuk panik. Menurut UKHSA, varian tersebut tidak menunjukkan tingkat pertumbuhan yang mengkhawatirkan.
"Ini telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di mana saja di dunia, dengan hanya beberapa lusin urutan di antara jutaan Omicron," kata Barrett.
"Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin akan terus dipantau," tandasnya.
(TribunTernate.com/Ron)(The Guardian)