Konflik Rusia vs Ukraina
Dirudapaksa Tentara Rusia, Wanita Ukraina Ini Alami Trauma Berat: Aku Tak Ingin Hidup Lagi
Ia pun menceritakan penderitaan mengerikan yang berlangsung selama berjam-jam yang dialaminya.
TRIBUNTERNATE.COM - Saat berjuang untuk mengendalikan emosinya, Elena, seorang wanita Ukraina yang dirudapaksa oleh tentara Rusia, bersikeras bahwa dia ingin menceritakan kisahnya.
Ia menceritakan momen mengerikan saat ia dirudapaksa oleh dua tentara Rusia yang mengambil alih kampung halamannya di Ukraina selatan.
Elena, yang namanya telah disamarkan untuk melindungi identitasnya, ditunjuk ke pasukan Rusia oleh sesama warga kotanya sebagai istri seorang tentara Ukraina.
Ia pun menceritakan penderitaan mengerikan yang berlangsung selama berjam-jam yang dialaminya.
Kisahnya mirip dengan korban lain yang didokumentasikan oleh organisasi hak asasi manusia yang mengatakan pemerkosaan digunakan sebagai "senjata perang" di Ukraina.
Berbicara kepada AFP di kota Zaporizhzhia setelah berhasil mengungsi dari wilayah Kherson yang dikuasai Rusia, Elena sedang menunggu bus untuk bertemu kembali dengan keempat anaknya di Ukraina tengah.
Baca juga: Viral Cuplikan Video Diduga Ustaz Yusuf Mansur Marah-marah Bahas Paytren: Dari Mana Duitnya?
Baca juga: Kasus Jiwasraya, Eks Petinggi OJK Fakhri Hilmi Divonis Bebas oleh MA, Ini Sikap Kejagung RI
Baca juga: Prospek Pilpres 2024, Survei SMRC Tunjukkan Duet Anies Baswedan-AHY Berpeluang Menang
Dia mengirim mereka pergi dari kampung halaman mereka pada 24 Februari, saat hari pertama invasi Rusia.
Suaminya dikirim ke garis depan dan Elena tetap tinggal untuk mencoba dan mengatur pemindahan barang-barang mereka ke bagian negara yang lebih aman.
Tetapi dia tidak mendapatkan kendaraan, dan situasi di lapangan pun berubah dengan cepat karena pasukan Rusia mengambil alih kota.
Elena menceritakan, kejadian nahas itu terjadi pada Minggu, 3 April 2022 lalu di sore hari.
"Sekitar pukul 3 sore, saya pergi ke toko. Saat sedang mengantri, beberapa tentara Rusia masuk dan mulai berbicara dengan pelanggan," kata Elena.
"Saya tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan, tetapi saya menyadari bahwa salah satu penduduk menunjuk ke arah saya dan mengatakan 'Dia seorang banderovka!'."
Baca juga: AS Tegaskan Tak Mau Hadir di Pertemuan G20 Jika Rusia Datang
Baca juga: Militer Rusia Takut Beri Gambaran Kondisi Sebenarnya, Vladimir Putin Diduga Diberi Informasi Salah
Baca juga: AS Sebut Pasukan Rusia telah Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina
Istilah ini mengacu pada pemimpin nasionalis Ukraina Stepan Bandera, yang bekerja sama dengan Nazi Jerman untuk berperang melawan Uni Soviet.
Istilah ini sering digunakan oleh otoritas Rusia sebagai cara yang meremehkan untuk merujuk pada pejabat Ukraina yang dianggap berpandangan nasionalis.
Dilansir The Straits Times, Elena mengatakan pria yang menunjuknya berkata bahwa karena orang seperti Elena-lah peperangan pecah di Ukraina.
"Karena orang-orang seperti itu sehingga perang pecah," kata Elena menirukan pria itu.
"Dia adalah istri seorang tentara."
"Saya mengerti bahwa mereka mengawasi saya, jadi saya segera meninggalkan toko," tutur Elena.
Elena pun menceritakan kronologinya saat dirudapaksa tentara Rusia.
"Saya hanya punya waktu untuk masuk ke rumah saya. Dua tentara Rusia masuk melalui pintu setelah saya masuk."
"Saya tidak punya waktu untuk mengeluarkan ponsel saya untuk meminta bantuan atau melakukan (perlawanan) apa pun."
"Tanpa sepatah kata pun, mereka mendorong saya ke tempat tidur."
"Mereka menahan saya dengan senapan dan menelanjangi saya," cerita Elena sambil menangis.
"Mereka tidak banyak bicara."
"Kadang mereka memanggilku 'banderovka' atau saling bilang 'giliranmu'."
"Lalu, jam 4 pagi, mereka pergi karena giliran bertugas di kamp mereka."
Elena mengatakan, setelah kejadian tragis itu, dia belum berbicara dengan dokter atau terapis mana pun.
Bahkan, ia juga belum memberi tahu suaminya.
"Saya bidan. Saya mengobati (lukaku) sendiri," katanya.
"Saya akan menemukan semua yang saya butuhkan begitu saya mencapai tujuan saya. Saya hanya ingin melihat anak-anak saya".
Saat ditanya tentang kondisi fisik dan mentalnya, Elena menangis lagi.
Bahkan, ia mengaku merasa ingin mengakhiri hidupnya.
"Menjijikkan. Sangat menjijikkan. Aku tak ingin hidup lagi," katanya.
Kasus Elena bukanlah satu-satunya kasus rudapaksa yang dilakukan oleh tentara Rusia.
La Strada cabang Ukraina, sebuah organisasi hak-hak perempuan, mengatakan saluran bantuannya telah menerima telepon terkait tujuh kasus pemerkosaan.
Namun, Alina Kryvoulyak, seorang perwakilan dari kelompok tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa lebih banyak wanita dan gadis muda mungkin akan muncul memberikan pengakuan setelah rasa syok mereka di awal mereda.
"Mungkin ada ratusan atau ribuan wanita dan gadis muda yang telah dirudapaksa," katanya Kryvoulyak.
(TribunTernate.com/Qonitah)