Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Penjelasan Psikiater Soal Kasus Mutilasi ODGJ di Garut Jawa Barat

Kasus ini gegerkan warga Kampung Bantar Limus, Desa Sancang, Kecamatan Cibalong, lantaran sebelum kejadian, korban dan pelaku terlihat jalan bersama

Dok Tribunnews.com
Pelaku mutilasi dan penghilangan nyawa di Garut, Jawa Barat, Minggu (30/6/2024). 

"Mereka sering kali mendengar suara bisikan yang berkomentar, suara bisikan menyuruh, dimana jika suara atau bisikan itu negatif maka bisa memicu kekerasan kepada orang lain," ujar Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP-PDSKJI) ini.

Kemudian, gejala skizofernia yang lain berupa gangguan waham atau delusi, dimana pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Ada beberapa waham diantaranya waham paranoid atau waham kejar.

"Seseorang dengan gangguan waham paranoid ini akan selalu merasa orang-orang di sekitar berniat jahat padanya, atau ada orang yang selalu ngomongin dia. Padahal orang lain itu biasa saja. Ini namanya waham kejar," tutur dr Lahargo.

Lalu ada waham kebesaran.

Seseorang dengan skizofernia dengan gejala waham kebesaran ini biasanya mempunyai perasaan kekuatan atau kehebatan tertentu.

Mereka merasa memiliki kekuatan besar ketika melakukan perilaku kekerasan misalkan dengan membunuh, memutilasi atau mengorbankan orang lain.

Keempat adalah bipolar, atau merupakan kondisi seseorang yang mengalami perubahan mood ekstrem, kadang sedih dan senang berlebihan.

Sementara disisi lain ada rasa sensitif, mudah marah dan emosi.

Kelima, ODGJ dengan gangguan kepribadian antisosial.

Ditandai dengan hilangnya rasa empati, tidak menurut pada norma, hukum dan aturan.

"Mereka tidak jarang melakukan kekerasan untuk menguntungkan dirinya karena mereka tidak punya empati, yang ujung-ujungnya bisa melakukan tindakan fatal lain," urai dia.

Karena itu, dalam menangani ODGJ maka psikiater harus melihat apakah gejala-gejala yang menimbulkan perilaku kekerasan tersebut dan fokus pada gejala-gejala itu.

Lebih jauh, dr Lahargo menyebutkan bahwa gangguan jiwa ini disebabkan oleh gangguan medis yakni ketidakseimbabgan sel saraf dalam otak yang memicu gejala-gejala tersebut.

Oleh karena itu, pertolongan, pendekatan dan terapi medis itu sangat membantu, mengurangi, dan menghilangkan serta menyembuhkan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Benarkah ODGJ Bisa Bertindak Kekerasan hingga Membunuh? Begini Penjelasan Psikiater

(Tribunnews/Rina Ayu Panca Rini)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved