Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

BKKBN Malut

Gizi Membentuk Masa Depan Anak Indonesia

Menurut Prof. Rizal, Stunting amat berperan dalam pembangunan bangsa, tidak terkecuali di Maluku Utara

Editor: Munawir Taoeda
Dok BKKBN Maluku Utara
MATERI: Podcast TribunTernate.com bersama Pakar sekaligus Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Muhammad Rizal Martua Damanik 

TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - Stunting di Indonesia merupakan isu kritis yang membutuhkan pendekatan multi-sektoral, dan saat ini menjadi permasalahan utama dalam konstelasi pembangunan nasional. 

Meskipun prevalensi mengalami penurunan, angka stunting masih jauh dari target yang diharapkan. Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan prevalensi stunting pada balita mencapai 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari 21,6 persen pada 2022. 

Angka ini masih jauh dari target 14 persen yang harus dicapai pada 2024, sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.

Data tersebut pada Senin (7/10/2024) diangkat dalam sebuah podcast bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN Maluku Utara.

Baca juga: Stunting dan Kependudukan Jadi Fokus Kuliah Umum BKKBN di Ternate

Acara ini dihadiri  Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, M.Rep.Sc, PhD, dan Nuryamin, S.TP, MM selaku Kepala Perwakilan BKKBN Maluku Utara

Podcast kali ini menarik karena membahas perspektif gizi terhadap penurunan stunting. Menurut Prof. Rizal, stunting amat berperan dalam pembangunan bangsa. 

Ia menjelaskan bahwa stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang berkepanjangan selama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak, di mana fase ini merupakan masa kritis dan sering kali disertai dengan penyakit infeksi berulang. 

Stunting adalah akibat  malnutrisi, dan kejadian stunting pada balita sangat berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil dan setelah melahirkan.

Indikator status gizi anak didasarkan pada  indeks tinggi badan/usia yang ditetapkan oleh WHO.

Jika tinggi badan tidak sesuai dengan usia, menunjukkan balita tersebut  disinyalir memiliki masalah gizi kronis.

Penyebabnya bisa karena  kemiskinan, pola hidup tidak sehat, serta pola asupan makanan yang kurang baik. 

Salah satu langkah yang dapat diambil dalam pencegahan stunting adalah memberikan gizi yang sesuai kepada bayi sejak dalam kandungan, memberikan ASI eksklusif, dan menyediakan makanan bergizi serta pola asuh yang tepat.

Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan esensial bagi anak usia dini yang harus terpenuhi, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai kelompok usianya. 

Dikatakan bahwa  1.000 hari pertama kehidupan, yaitu dari masa awal kehamilan hingga anak berusia dua tahun, merupakan periode  "golden age", merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan balita secara pesat. 

Setelah anak berusia dua tahun, pemenuhan gizi tetap harus diperhatikan, karena usia balita rentan terhadap berbagai penyakit dan masalah gizi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Ternate
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved