Mengapa Taliban Semakin Merajalela di Afghanistan? Bagaimana dengan Pasukan Militer yang Dilatih AS?
Hingga saat ini, Kelompok Taliban telah merebut 15 dari total 34 ibu kota provinsi di Afghanistan, termasuk Herat, Kandahar, dan Pol-e-Khomri.
Beberapa kota lainnya juga jatuh pada Kamis (12/08) dalam serangkaian kemenangan paling dramatis.
Jadi, bagaimana semua ini bisa berlangsung begitu cepat?
AS dan negara-negara sekutu NATO - termasuk Inggris - telah menghabiskan sebagian besar dalam 20 tahun terakhir untuk program pelatihan dan memperlengkapi pasukan keamanan Afghanistan.
Tak terhitung para jenderal Amerika dan Inggris mengeklaim telah membentuk tentara Afghanistan yang lebih kuat dan cakap.
Janji-janji itu terlihat seperti omong kosong pada hari-hari ini.
Baca juga: Taliban Kuasai Dua Kota Besar, Sejumlah Kedutaan Besar Asing Tarik Staf Mereka dari Afghanistan

Inggris cemas perang saudara di ambang mata
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan bahwa konflik internal di Afghanistan dapat menyebabkan perang saudara dan menciptakan tempat berkembang biak yang potensial bagi kelompok teroris seperti Al-Qaeda.
Peringatan itu disampaikannya saat serangan Taliban mendekati Kabul, ibu kota Afghanistan.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (13/8/2021), Wallace mengatakan pada hari Jumat waktu setempat bahwa negara Barat perlu belajar dari sejarah bahwa 'kepentingan yang bersaing' selalu merusak gagasan persatuan di Afghanistan.
"Inggris menemukan bahwa pada tahun 1830-an, Afghanistan merupakan negara yang dipimpin oleh panglima perang serta dipimpin oleh berbagai provinsi dan suku. Dan jika anda tidak terlalu berhati-hati, anda akan berakhir dalam perang saudara dan saya pikir kita sedang menuju ke perang saudara, perang sipil," kata Wallace.
Sementara keuntungan teritorial Taliban yang luas menciptakan kesan bahwa satu entitas sedang mengkonsolidasikan kekuatan di Afghanistan.
Kenyataannya adalah, kata dia, kelompok militan terdiri dari orang-orang dengan loyalitas yang bersaing.
"Taliban bersifat memecah, menjadi segala macam kepentingan yang berbeda," tegas Wallace.
Secara terpisah, ia juga menyatakan kekhawatirannya bahwa organisasi teroris dapat menemukan perlindungan di Afghanistan karena situasi internal yang terjadi di 'negara gagal' itu terus memburuk.
Wallace pun memprediksi kelompok teroris Al-Qaeda akan 'hidup' kembali di Afghanistan.