Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Mengapa Taliban Semakin Merajalela di Afghanistan? Bagaimana dengan Pasukan Militer yang Dilatih AS?

Hingga saat ini, Kelompok Taliban telah merebut 15 dari total 34 ibu kota provinsi di Afghanistan, termasuk Herat, Kandahar, dan Pol-e-Khomri.

AFP/Sifatullah Zahidi
Pasukan keamanan Afghanistan berdiri di dekat kendaraan lapis baja selama pertempuran yang sedang berlangsung antara pasukan keamanan Afghanistan dan tentara Taliban di daerah Busharan di pinggiran Lashkar Gah, ibu kota Provinsi Helmand 5 Mei 2021. Pesawat-pesawat tempur Amerika mendukung pasukan Afghanistan melawan sebuah pasukan utama Taliban ofensif di selatan negara itu bahkan ketika militer AS terus menekan dengan penarikan pasukan, kata para pejabat pada 5 Mei. Pertempuran sengit telah meletus di provinsi Helmand sejak akhir pekan, ketika militer AS secara resmi mulai menarik pasukannya yang tersisa. 

Beberapa kota lainnya juga jatuh pada Kamis (12/08) dalam serangkaian kemenangan paling dramatis.

Jadi, bagaimana semua ini bisa berlangsung begitu cepat?

AS dan negara-negara sekutu NATO - termasuk Inggris - telah menghabiskan sebagian besar dalam 20 tahun terakhir untuk program pelatihan dan memperlengkapi pasukan keamanan Afghanistan.

Tak terhitung para jenderal Amerika dan Inggris mengeklaim telah membentuk tentara Afghanistan yang lebih kuat dan cakap.

Janji-janji itu terlihat seperti omong kosong pada hari-hari ini.

Baca juga: Taliban Kuasai Dua Kota Besar, Sejumlah Kedutaan Besar Asing Tarik Staf Mereka dari Afghanistan

Pasukan keamanan dan militia Afghanistan berjuang melawan Taliban, mereka berjaga-jaga di Distrik Enjil, Provinsi Herat.
Pasukan keamanan dan militia Afghanistan berjuang melawan Taliban, mereka berjaga-jaga di Distrik Enjil, Provinsi Herat. (AFP/Hoshang Hashimi via Al Jazeera)

Inggris cemas perang saudara di ambang mata

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan bahwa konflik internal di Afghanistan dapat menyebabkan perang saudara dan menciptakan tempat berkembang biak yang potensial bagi kelompok teroris seperti Al-Qaeda.

Peringatan itu disampaikannya saat serangan Taliban mendekati Kabul, ibu kota Afghanistan.

Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (13/8/2021), Wallace mengatakan pada hari Jumat waktu setempat bahwa negara Barat perlu belajar dari sejarah bahwa 'kepentingan yang bersaing' selalu merusak gagasan persatuan di Afghanistan.

"Inggris menemukan bahwa pada tahun 1830-an, Afghanistan merupakan negara yang dipimpin oleh panglima perang serta dipimpin oleh berbagai provinsi dan suku. Dan jika anda tidak terlalu berhati-hati, anda akan berakhir dalam perang saudara dan saya pikir kita sedang menuju ke perang saudara, perang sipil," kata Wallace.

Sementara keuntungan teritorial Taliban yang luas menciptakan kesan bahwa satu entitas sedang mengkonsolidasikan kekuatan di Afghanistan.

Kenyataannya adalah, kata dia, kelompok militan terdiri dari orang-orang dengan loyalitas yang bersaing.

"Taliban bersifat memecah, menjadi segala macam kepentingan yang berbeda," tegas Wallace.

Secara terpisah, ia juga menyatakan kekhawatirannya bahwa organisasi teroris dapat menemukan perlindungan di Afghanistan karena situasi internal yang terjadi di 'negara gagal' itu terus memburuk.

Wallace pun memprediksi kelompok teroris Al-Qaeda akan 'hidup' kembali di Afghanistan.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved