Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Mengapa Taliban Semakin Merajalela di Afghanistan? Bagaimana dengan Pasukan Militer yang Dilatih AS?

Hingga saat ini, Kelompok Taliban telah merebut 15 dari total 34 ibu kota provinsi di Afghanistan, termasuk Herat, Kandahar, dan Pol-e-Khomri.

AFP/Sifatullah Zahidi
Pasukan keamanan Afghanistan berdiri di dekat kendaraan lapis baja selama pertempuran yang sedang berlangsung antara pasukan keamanan Afghanistan dan tentara Taliban di daerah Busharan di pinggiran Lashkar Gah, ibu kota Provinsi Helmand 5 Mei 2021. Pesawat-pesawat tempur Amerika mendukung pasukan Afghanistan melawan sebuah pasukan utama Taliban ofensif di selatan negara itu bahkan ketika militer AS terus menekan dengan penarikan pasukan, kata para pejabat pada 5 Mei. Pertempuran sengit telah meletus di provinsi Helmand sejak akhir pekan, ketika militer AS secara resmi mulai menarik pasukannya yang tersisa. 

Menurutnya, ketidakstabilan yang berkembang di Afghanistan dapat menimbulkan ancaman keamanan bagi Inggris.

"Al-Qaeda mungkin akan kembali," papar Wallace.

Ia tampaknya juga mengkritik bagaimana penanganan konflik yang berlangsung hampir 20 tahun itu.

Wallace menilai intervensi Barat di negara-negara seperti Afghanistan seharusnya ditujukan untuk 'mengelola' situasi, bukan untuk memberikan 'perbaikan secara instan'.

Mengkonfirmasi laporan sebelumnya, Wallace juga menyampaikan bahwa kota terbesar kedua di Afghanistan, Kandahar, saat ini 'sudah jatuh ke tangan Taliban'.

Baca juga: Joe Biden Tak Menyesal Tarik Pasukan, AS Prediksi Afghanistan Dikuasai Taliban dalam 90 Hari

Kekuatan Taliban

Pemerintah Afghanistan seharusnya, secara teori, masih berada di atas angin dengan kekuatan lebih besar yang dimilikinya.

Pasukan keamanan Afghanistan berjumlah lebih dari 300.000 orang, setidaknya di atas kertas. Jumlah itu termasuk angkatan darat, udara, serta kepolisian Afghanistan.

Namun kenyataannya negara ini selalu kepayahan dalam memenuhi target perekrutan anggota keamanan.

Tentara dan polisi Afghanistan punya riwayat buruk perihal kematian yang tinggi, desersi, serta korupsi - sejumlah komandan tak bermoral meminta anggaran yang diklaim untuk pasukannya, namun sebenarnya prajurit-prajurit itu tidak pernah ada - yang disebut "tentara hantu".

Dalam laporan terbarunya kepada Kongres AS, Inspektur Jenderal Khusus untuk Afghanistan (SIGAR) menyatakan "keprihatinan serius tentang efek korupsi yang merusak... dan pertanyaan keakuratan data mengenai kekuatan pasukan yang sebenarnya".

Jack Watling, dari Royal United Services Institute, mengatakan bahkan Angkatan Darat Afghanistan tidak pernah yakin berapa banyak pasukan yang sebenarnya mereka miliki.

Selain itu, dia mengatakan, ada persoalan dengan perawatan alat pertahanan dan moral.

Pasukan sering kali dikirim ke wilayah di mana mereka tidak memiliki hubungan suku atau keluarga. Inilah salah satu alasan mengapa beberapa orang kemungkinan begitu cepat meninggalkan posnya tanpa melakukan perlawanan.

Kekuatan Taliban bahkan lebih sulit untuk diukur.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved