Mengapa Taliban Semakin Merajalela di Afghanistan? Bagaimana dengan Pasukan Militer yang Dilatih AS?
Hingga saat ini, Kelompok Taliban telah merebut 15 dari total 34 ibu kota provinsi di Afghanistan, termasuk Herat, Kandahar, dan Pol-e-Khomri.
Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme AS di West Point, ada perkiraan yang memperlihatkan bahwa kekuatan inti kelompok Taliban berjumlah 60.000 jiwa.
Dengan tambahan kelompok milisi dan pendukung lainnya, jumlah mereka bisa melebihi 200.000 orang.
Tetapi Dr Mike Martin, mantan perwira tentara Inggris yang menguasai bahasa Pashto dan telah menelusuri sejarah konflik di Helmand dalam bukunya An Intimate War, memperingatkan terlalu berbahaya mendefinisikan Taliban sebagai satu kelompok monolitik.
Sebaliknya, dia mengatakan "Taliban lebih mendekati sebuah koalisi longgar dari para pemegang waralaba independen - dan kemungkinan besar bersifat sementara - berafiliasi satu sama lain".
Dia mencatat bahwa pemerintah Afghanistan juga terbelah oleh berbagai kepentingan faksi-faksi di tingkat lokal.
Sejarah perubahan di Afghanistan menggambarkan betapa keluarga, suku, dan bahkan pejabat pemerintah mengalihkan dukungannya - acapkali untuk memastikan kelangsungan hidup mereka sendiri.
Akses ke persenjataan
Sekali lagi, pemerintah Afghanistan sejatinya memiliki keuntungan baik dari segi pendanaan maupun persenjataan.
Mereka telah menerima miliaran dolar guna membayar gaji dan peralatan pertahanan - sebagian besar diberikan AS.
Dalam laporan Juli 2021, SIGAR mengatakan lebih dari US$88 miliar telah dihabiskan demi keamanan Afghanistan.
Tapi data itu menambahkan: "Pertanyaannya, apakah uang itu dihabiskan dengan baik, yang pada akhirnya, akan dijawab oleh apa yang dihasilkan dari pertempuran di lapangan."
Angkatan Udara Afghanistan harus membuktikan keunggulannya dalam situasi kritis di medan pertempuran.
Tetapi mereka harus berjuang demi mempertahankan dan mengawaki 211 pesawatnya (di mana persoalannya makin parah, karena Taliban sengaja menargetkan para pilot).
Mereka juga tidak mampu memenuhi tuntutan dari komandan di lapangan.
Karena itulah, ada keterlibatan Angkatan Udara AS baru-baru ini di kota-kota seperti Lashkar Gah, yang sudah dikuasai oleh Taliban.
Masih belum jelas berapa lama lagi AS bersedia memberikan dukungan seperti itu.
Taliban seringkali mengandalkan pasokan dananya dari perdagangan narkoba, tetapi mereka juga mendapat dukungan dari luar - terutama Pakistan.
Tidak lama berselang Taliban menyita senjata dan peralatan dari pasukan keamanan Afghanistan - beberapa di antaranya dipasok AS - termasuk kendaraan Humvee, piranti teropong malam, senapan mesin, mortir dan peralatan artileri.
Afghanistan dibanjiri pasokan senjata setelah invasi Soviet, dan Taliban sudah menunjukkan dapat mengalahkan kekuatan yang jauh lebih canggih.
Pikirkan efek mematikan dari Improvised Explosive Device (IED) - bom rakitan - dengan target pasukan AS dan Inggris.
Faktor ini serta pengetahuan lokal dan pemahaman tentang medan perang telah menjadi keuntungan Taliban.
Janji kosang pemerintah Afghanistan
Terlepas dari karakter kelompok Taliban yang berbeda, ada beberapa hal yang membuktikan bahwa mereka memiliki rencana terkoordinasi terkait kemajuan mereka belakangan ini.
Adapun tentang strategi pemerintah Afghanistan dalam menghadapi Taliban, terbukti lebih sulit untuk didefinisikan.
Janji mereka untuk merebut kembali semua wilayah yang direbut Taliban terdengar kosong belaka.
Barry mengatakan agaknya ada rencana untuk mempertahankan kota-kota besar. Pasukan komando Afghanistan telah dikerahkan untuk mencegah kota Lashkar Gah di Helmand jatuh ke Taliban.
Tetapi untuk berapa lama lagi?
Pasukan khusus Afghanistan jumlahnya relatif kecil, yaitu sekitar 10.000 personel, dan mereka tidak mampu melakukan perlawanan.
Taliban juga tampaknya memenangkan perang propaganda dan pertempuran narasi.
Barry mengatakan momentum mereka di medan perang telah meningkatkan moral dan menguatkan rasa persatuan.
Sebaliknya, pemerintah Afghanistan berada dalam kondisi tertekan, saling adu sikut, dan memecat para jenderalnya.
Seperti apa akhir perseteruan ini?
Situasi seperti itu tentu saja terlihat suram bagi pemerintah Afghanistan.
Tapi Jack Watling dari RUSI mengatakan, ketika untuk sementara militer Afghanistan terlihat semakin pesimistis, "situasinya masih bisa diselamatkan oleh politik".
Jika pemerintah bisa merangkul para pemimpin suku, katanya, masih ada kemungkinan di tengah kebuntuan.
Ini adalah pandangan yang digaungkan Mike Martin, dengan menunjuk kasus kembalinya mantan panglima perang Abdul Rashid Dostum ke kota Mazar-i-Sharif sebagai momen penting. Dia telah memotong kesepakatan.
Pertempuran di musim panas akan segera berakhir saat musim dingin mulai menggantikannya, yang membuat manuver lebih sulit bagi pasukan di lapangan.
Masih ada kemungkinan semuanya akan menemui jalan buntu pada akhir tahun, dan pemerintah Afghanistan akan berpegang teguh untuk mempertahankan Kabul dan beberapa kota besar lainnya. (BBC Indonesia/Sputnik)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kenapa Taliban Begitu Cepat Rebut Kota-kota Besar di Afghanistan? Ke Mana Tentara yang Dilatih AS?