Terkini Internasional
Vaksin Pertama untuk Melawan Malaria Telah Disetujui oleh WHO
Sebuah vaksin yang dikembangkan untuk melawan penyakit malaria telah disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO mengatakan 94 persen kasus dan kematian malaria terjadi di Afrika, benua dengan jumlah penduduk 1,3 miliar orang.
Penyakit yang dapat dicegah ini disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Gejala malaria ada beragam, termasuk demam, muntah-muntah, dan kelelahan.
Efektivitas vaksin dalam mencegah kasus malaria parah pada anak-anak memang hanya sekitar 30 persen, tetapi itu adalah satu-satunya vaksin yang disetujui.
Regulator obat Uni Eropa telah menyetujuinya pada 2015 silam, dengan mengatakan manfaatnya lebih besar daripada risikonya.
“Beginilah cara kami memerangi malaria, melapisi metode yang tidak sempurna di atas satu sama lain,” kata Ashley Birkett, yang memimpin kerja vaksin malaria global di Path, sebuah organisasi kesehatan global nirlaba yang mendanai pengembangan vaksin dengan GSK dan ketiga negara percontohan.
Vaksin lain melawan malaria, yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford Inggris dan disebut R21/Matrix-M, menunjukkan tingkat efektivitas hingga 77 persen dalam penelitian selama setahun yang melibatkan 450 anak-anak di Burkina Faso, kata para peneliti pada bulan April lalu.
Akan tetapi, vaksin itu masih dalam tahap percobaan.
Di sisi lain, pihak GSK juga menyambut baik rekomendasi WHO tersebut.
“Keputusan penting yang telah lama ditunggu-tunggu ini dapat menghidupkan kembali perang melawan malaria di kawasan itu pada saat kemajuan dalam pengendalian malaria tengah terhenti,” Thomas Breuer, kepala petugas kesehatan global, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Inul Daratista Rugi Miliaran Rupiah karena Bisnis Karaoke Tutup, Kirim Surat Terbuka ke Pemerintah
Baca juga: 4 Anggota DPRD Kabupaten Samosir Gugat Megawati Rp40 Miliar, Ini Alasannya, PDIP Bereaksi
Tantangan pendanaan
Para ahli mengatakan tantangannya sekarang adalah memobilisasi pembiayaan untuk produksi dan distribusi vaksin malaria ke beberapa negara termiskin di dunia.
GSK hingga saat ini berkomitmen untuk memproduksi 15 juta dosis Mosquirix setiap tahun, selain 10 juta dosis yang disumbangkan untuk program percontohan WHO, hingga tahun 2028 dengan biaya produksi ditambah margin tidak lebih dari 5 persen.
Sebuah studi pasar global yang dipimpin oleh WHO tahun ini memproyeksikan permintaan untuk vaksin malaria akan meningkat jadi 50 hingga 110 juta dosis per tahun pada tahun 2030 jika digunakan di daerah dengan penularan penyakit sedang hingga tinggi.
Aliansi vaksin GAVI, kemitraan vaksin publik-swasta global, akan mempertimbangkan pada Desember nanti, apakah pihaknya akan mendanai program vaksinasi dan bagaimana caranya.