Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Perubahan Iklim

Akibat Krisis Iklim, Dunia Kini Hadapi Ancaman Gelombang Panas yang Tak Tertahankan

Jika tidak ada yang langkah yang dilakukan untuk memperlambat perubahan iklim, suhu tinggi dan gelombang panas mematikan hanya akan bertambah buruk.

Nicolas Tucat/AFP
Penampakan kebakaran hutan saat matahari terbenam di dekat Gonfaron, Var, Prancis. 

Fenomena ini memicu suhu udara berada di atas 40 derajat Celcius pada musim panas ini.

Seorang penduduk Vancouver utara, Rosa, pun mengeluh: "Ini tak tertahankan. Tidak mungkin kita pergi keluar rumah."

Meningkatnya suhu adalah faktor pendorong di balik kekeringan yang lebih sering dan intens, kebakaran hutan, badai, dan bahkan banjir.

Sementara, meningkatnya intensitas gelombang panas dapat menghancurkan pertanian dan bisa berakibat fatal bagi manusia.

"Satu kali banjir mungkin menyebabkan kematian yang tidak terlalu banyak, sekitar beberapa belas orang. Tapi saat ini kita berbicara tentang ribuan kematian setiap kali kita mengalami gelombang panas ekstrem yang sangat besar. Dan kita tahu bahwa gelombang panas saat ini berlipat ganda," kata ahli iklim Robert Vautard, kepala Pierre-Simon Laplace Institute di Prancis.

Jika temperatur Bumi meningkat sebesar dua derajat Celcius, seperempat populasi manusia dapat menghadapi gelombang panas yang parah setidaknya sekali setiap lima tahun, menurut rancangan laporan PBB yang diperoleh AFP jelang pembukaan KTT iklim COP26 pada 31 Oktober 2021 mendatang di Glasgow, Skotlandia.

Baca juga: Sama Bahayanya dengan Krisis Iklim, Polusi Suara yang Ditimbulkan Manusia Ancam Kehidupan di Laut

Baca juga: Bencana Alam akibat Perubahan Iklim akan Jadi Tema Utama Laporan Sains PBB

Petugas kepolisian memperhatikan api kebakaran Hog yang mendekati Highway 36, lima mil dari Susanville, California, AS pada 20 Juli 2020.
Petugas kepolisian memperhatikan api kebakaran Hog yang mendekati Highway 36, lima mil dari Susanville, California, AS pada 20 Juli 2020. (Josh Edelson/AFP/Getty Images via The Guardian)

PERTANIAN TERANCAM

Bagi orang Badui di Arab Saudi, panas sudah tidak asing lagi.

"Menurut saya, saat ini (suhu udara, red) setidaknya 43 derajat Celcius, dan ini baru pukul 8.30-9.00," kata seorang Badui bernama Nayef al-Shammari.

Nayef juga menambahkan bahwa suhunya bisa mencapai 50 derajat pada siang hari.

"Tapi kami sudah terbiasa, itu normal bagi kami, kami tidak (...) khawatir tentang itu."

Keluarga pria berusia 51 tahun ini dan ayahnya Saad, 75, telah tinggal dan bekerja di gurun Al Nufud Al-Kabir sebagai peternak unta selama beberapa generasi.

Namun ketika suhu udara naik ke level yang dapat mengancam jiwa, mata pencaharian dan budaya mereka juga bisa langsung terancam.

"Bahkan hewan yang tahan panas di kawasan itu, misalnya unta atau kambing, juga akan terpengaruh, pertanian juga akan terpengaruh, jadi panas ekstrem ini akan memengaruhi produksi pangan," kata George Zittis dari Cyprus Institute di Nicosia.

Terjadi serangkaian kebakaran hutan hebat di Mediterania Turki dan wilayah Aegean selatan hingga pemukiman penduduk di Kota Manavgat pada Kamis (29/7/2021).
Terjadi serangkaian kebakaran hutan hebat di Mediterania Turki dan wilayah Aegean selatan hingga pemukiman penduduk di Kota Manavgat pada Kamis (29/7/2021). (The Telegraph)

KONSEKUENSI 'BENCANA'

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved