Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Konflik Rusia vs Ukraina

Amerika Serikat Peringatkan China untuk Tidak Beri Bantuan kepada Rusia

Amerika Serikat memperingatkan China agar tidak memberikan bantuan militer atau keuangan kepada Moskow setelah invasinya ke Ukraina.

Sergei Supinsky/AFP
Pasukan militer Ukraina sedang mengumpulkan roket milik Rusia yang gagal meledak di Kiev/Kyiv, pada Sabtu (26/2/2022). 

"Kami tidak akan mengizinkan negara mana pun untuk memberi kompensasi kepada Rusia atas kerugiannya."

Pertemuan selama tujuh jam itu "intens" dan mencerminkan "gravitasi saat ini," menurut seorang pejabat AS.

PROTES "ANTI-PERANG" DI RUSIA

Di Rusia, protes anti-perang yang jarang telah terjadi di sebuah studio selama program berita utama di Channel One TV pemerintah, sumber berita utama bagi jutaan orang Rusia dan mengikuti garis Kremlin.

Seorang wanita mengacungkan tanda dalam bahasa Inggris dan Rusia yang mengatakan: "NO WAR. Hentikan perang. Jangan percaya propaganda. Mereka berbohong padamu di sini."

Baca juga: Kisah Warga Ukraina yang Bawa Hewan Peliharaan Saat Mengungsi: Kami Tak Bisa Tinggalkan Mereka

Baca juga: Takut Dibom Rusia, WHO Minta Ukraina Hancurkan Patogen di Laboratoriumnya, Bisa Sebabkan Virus Baru

Pasukan militer Ukraina sedang mengumpulkan roket milik Rusia yang gagal meledak di Kiev/Kyiv, pada Sabtu (26/2/2022).
Pasukan militer Ukraina sedang mengumpulkan roket milik Rusia yang gagal meledak di Kiev/Kyiv, pada Sabtu (26/2/2022). (Sergei Supinsky/AFP)

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, Rusia mungkin berencana untuk menggunakan senjata kimia atau biologi di Ukraina sebagai respon atas serangan palsu yang dilakukan terhadap pasukan Rusia, tanpa mengutip bukti.

Kemudian, para pejabat AS telah membuat pernyataan serupa.

Rusia menuding Ukraina berencana menggunakan senjata biologis.

Namun pada Jumat (11/3/2022) lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan tidak memiliki bukti bahwa Kyiv memiliki program semacam itu.

Pada Senin, Moskow mengizinkan konvoi pertama melarikan diri dari Mariupol, lokasi krisis kemanusiaan terburuk dalam konflik tersebut.

"Dalam dua jam pertama, 160 mobil tersisa," kata Andrei Rempel, perwakilan dewan kota Mariupol kepada Reuters.

Pihak berwenang setempat mengatakan, sejauh ini ada antara 2.300 hingga 20.000 warga sipil yang diperkirakan tewas dalam penembakan Rusia di kota itu, jumlah korban yang tidak dapat dikonfirmasi secara independen.

PBB mengatakan lebih dari 2,8 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak dimulainya perang.

"Saya melarikan diri dengan anak saya karena saya ingin anak saya tetap hidup," kata seorang wanita Ukraina bernama Tanya yang mengatakan dia melakukan perjalanan dari kota Mykolaiv di Ukraina selatan melintasi sungai Danube ke Rumania.

"Karena orang-orang yang ada di sana sekarang adalah orang Rusia, tentara Rusia, dan mereka membunuh anak-anak."

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved