Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Pemprov Malut

Ramlan Ruhunusa, Penyuluh Pertanian Diangkat Sherly Laos jadi Staf Ahli: Mengabdi Sejak 1987

"Pak Kadis, Pak Ramlan habis pensiun diangkat jadi staf ahli Kadis Pertanian," ujar Sherly Laos yang dibalas deru tepuk tangan warga yang hadir

|
Kolase TribunTernate.com/Tangkapan layar dari Instagram @s_tjo
RAMLAN RUHUNUSA - Kolase foto Sherly Laos saat mendengar curhat dari Ramlan Ruhunusa, penyuluh pertanian di Wasile, Halmahera Timur. Tangkapan layar dari video yang diunggah ke instagram @s_tjo, Kamis (4/7/2025). Setelah mendengar pemaran Ramlan Ruhunusa, Sherly Laos langsung perintahkan Kadis Pertanian untuk mengangkat Ramlan jadi staf ahli setelah pensiun. 

"Penyuluh tidak punya kelas Bu, sementara mengajar Bapak-bapak tani ini harus per kelompok, makanya dia harus ke sana kemari,"

"Kasihan kami penyuluh ini gak punya apa-apa Bu. Mungkin kalau ada realisasi mungkin saya sudah gak kebagian Bu."

"Insya Allah bulan Maret besok saya sudah pensiun tinggal adik-adik saya yang mungkin bisa menikmati. Makasih Bu." Tutup Ramlan.

Sherly Laos kemudian kembali menanyakan nama pembicara yang merupakan Penyuluh Pertanian tadi, dan dijawab dengan Ramlan Ruhunusa.

Gubernur Maluku Utara kemudian beri perintah ke Kadis Pertanian, agar ketika Ramlan Ruhunusa pensiun di Maret nanti, diangkat menjadi staf ahli.

"Pak Kadis, Pak Ramlan habis pensiun diangkat jadi staf ahli Kadis Pertanian," ujar Sherly Laos yang dibalas deru tepuk tangan warga yang hadir.

Menjawab keluhan para petani, Sherly Laos komitmen optimalisasi 3000 hektar lahan, serta memperbaiki penyaluran benih dan bibit.

"Ini 3000 hektar kita fokus untuk optimalisasi dulu akan diaktifkan kembali BBU nya, jadi bibit akan diberesin, irigasi Subaim Rp 19 miliar sudah akan dikerjakan tahun ini,"

"Di rencana kerja saya dan Pak Sarbin 5 tahun kedepan Pemprov Maluku Utara menetapkan Haltim sebagai lumbung padi Maluku Utara,"

"Kemudian terkait dengan limbah tambang akan saya bertemu dengan mereka semua untuk memastikan bahwa bagaimana kita hidup berdampingan,"

"Hulu hilirnya itu tidak mengganggu irigasi primer sekunder yang ada di sawah. Kalau bisa tidak melewati sini entar mereka pikir caranya bagaimana." Ujar Sherly Laos.

“Padi kami makin pendek, Bu… Saluran irigasi tercampur limbah tambang.”
Kalimat itu pelan, tapi dalam. Disampaikan petani saat kami berdiri di tengah sawah Subaim yang menguning.

Kunjungan kali ini bukan cuma soal panen. Kami datang untuk mendengar langsung suara petani dan penyuluh.
Mereka tidak banyak menuntut—tapi kebutuhan dasarnya jelas:
Bibit unggul untuk tanam serentak.
Aktivasi kembali Balai Benih (BBU) di Subaim, agar tak selalu tergantung dari luar.
Penyuluh butuh kendaraan, zona kerja yang jelas, dan penghasilan yang manusiawi.
Dan yang paling krusial: irigasi jangan tercemar limbah tambang. Kalau pertanian dan tambang harus berdampingan, jangan sampai yang satu mati karena yang lain.

Kami bersama Dinas Pertnaian Pemprov Malut datang dengan Solusi :
Bibit unggul akan disiapkan.
Pendampingan akan diperkuat.
Kesejahteraan penyuluh akan diperjuangkan.
Produktivitas padi ditarget naik dari 4 ton ke 8–10 ton/ha.

Dari 3.700 hektare yang aktif, kita maksimalkan.
Sambil kita hidupkan kembali 1.500 hektare lahan tidur di Haltim tahun 2025 ini.
Karena pertanian harus jadi masa depan yang layak dan menjanjikan. Bukan sekadar cerita lama yang ditinggalkan generasi muda.

Menurut kamu, apa langkah paling penting supaya pertanian bisa hidup berdampingan dengan industri tanpa saling ganggu?
Tulis di kolom komentar ya. Dikutip pada Jumat (4/7/2025). (*)

Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved