Opini
Belajar dari Singapura, Ternate Perlu Strategi Baru Tangani Sampah
Produksi sampah di Kota Ternate yang kini mencapai 120 ton per hari menimbulkan persoalan pelik bagi pemerintah dan masyarakat
Oleh: Taufik Z. Karim
(Ketua Komunitas Pecinta Lingkungan Hidup Lintas Agama Maluku Utara)
Produksi sampah di Kota Ternate yang kini mencapai 120 ton per hari menimbulkan persoalan pelik bagi pemerintah dan masyarakat.
Sekitar 40 ton per hari bahkan tidak sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Buku Deru-Deru Takome dan justru berserakan di barangka, drainase, hingga jalan raya. Kondisi ini mengancam kesehatan warga dan memperburuk estetika kota.
Dalam jurnal ilmiah berjudul The Practice and Challenges of Solid Waste Management in Singapore, Taufik Z Karim mengangkat sejumlah strategi yang bisa menjadi inspirasi penting untuk penanganan sampah di Ternate.
Armada pengangkut sampah Ternate terdiri dari 12–14 truk tua, 7 unit pikap, dan 50 kendaraan roda tiga. Upaya pembangunan 25 titik Tempat Penampungan Sampah (TPS) tematik pun belum efektif, beberapa di antaranya bahkan ditutup warga karena berbagai alasan. Masalah BBM, gaji petugas yang tertunda, dan armada rusak turut memperparah keadaan.
Singapura memulai pengelolaan sampah secara sistematis sejak 1996 dengan membentuk SEMAC Pte Ltd, menggantikan unit pemerintah.
Sistem ini kemudian berkembang melalui liberalisasi sektor pengumpulan sampah dengan standar yang ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Hasilnya, persaingan antarkontraktor justru meningkatkan kualitas layanan.
Pengumpulan Sampah
Singapura menerapkan dua metode, yakni Centralized Refuse-Chute (CRC) atau Saluran pembuangan sampah terpusat di rumah susun.
Dan Pneumatic Refuse Collection (PRC) atau Sampah disedot lewat pipa bawah tanah ke stasiun pusat.
Meski mahal, PRC sangat efisien dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja.
Pembakaran Sampah (Insinerasi)
Menjadi metode utama sejak akhir 1970-an. Sampah dibakar di pabrik modern, menghasilkan energi listrik, dan sisa abu digunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan dan beton.
Empat fasilitas insinerasi besar dioperasikan dengan kapasitas ribuan ton per hari.
Pemkot Ternate harus mulai mengarah pada sistem insinerasi dan memanfaatkan teknologi CRC atau PRC, khususnya untuk kawasan padat seperti pusat kota dan kompleks rumah susun.
Saran untuk Pemkot Ternate
Minimalisasi sampah dari sumbernya melalui edukasi masyarakat dan pembuatan sumur kompos di tiap rumah.
Refleksi HUT ke-79 Polri - Catatan Seorang Korps Bhayangkara |
![]() |
---|
Kesehatan Taliabu: Saatnya Membangun Sistem, Bukan Sekedar Bangunan |
![]() |
---|
Krisis Manajerial di Rumah Sakit Daerah: Masalah dan Strategi Pemecahan Masalah |
![]() |
---|
Maluku Utara 'Bastel' |
![]() |
---|
Tinjauan Kriminologis Terhadap Fenomena Tewas tak Wajar di Maluku Utara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.