Pasar Sabi-Sabi Ternate Maluku Utara Sepi, Pedagang Keluhkan Biaya Sewa Mahal dan Minim Pembeli
Kerena sepi pembeli dan sebagainya, pedagang ogah tempati Pasar Sabi Sabi Ternate, Maluku Utara
TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - Pasar Sabi-Sabi Ternate, Maluku Utara sepi, pedagang keluhkan biaya sewa mahal dan minim pembeli.
Amatan TribunTernate.com, Kamis (3/10/2024). Pasar yang di Kelurahan Makasar Timur, Ternate Tengah ini kini terlihat sepi.
Deretan toko-toko pakaian tampak tutup, dan suasana pasar sunyi, terutama di lantai dua yang sama sekali tidak terlihat adanya aktivitas jual-beli.
Pasar ini dibangun pada tahun 2017 dengan anggaran sebesar Rp13 miliar dari Kementerian Perdagangan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), dan diresmikan bertepatan dengan hari jadi Kota Ternate.
Baca juga: Enzo Maresca Tidak Bangga untuk Kemenangan Chelsea yang Ini: Menang tapi Tidak Layak
Namun, akhir-akhir ini, banyak pedagang yang meninggalkan lokasi tersebut karena kesulitan untuk bertahan, terutama akibat tingginya biaya sewa.
Salah satu pedagang pakaian, Anti, yang telah berjualan di pasar tersebut sejak sebelum renovasi mengungkapkan bahwa.
Banyak pedagang memilih pindah karena sepinya pembeli, serta harga sewa yang dinilai terlalu mahal.
"Untuk sewa ruko per tahun dipatok Rp 7,5 juta, itu cukup mahal, apalagi pembeli juga sepi, "keluhnya.
Selain biaya sewa, pedagang juga dikenakan pungutan harian sebesar Rp 5.000 untuk menempatkan dagangan di luar ruko.
Anti juga menambahkan, kondisi bangunan yang tidak dilengkapi dengan kanopi di depan ruko semakin menyulitkannya.
Ketika hujan turun, pakaian yang dipajang di luar sering kali kehujanan.
Sehingga pedagang berinisiatif untuk membuat kanopi, bahkan menggunakan terpal sebagai pelindung sementara.
"Ruko di sini tidak ada kanopi, jadi kami inisiatif sendiri membuatnya."
Baca juga: Kinerja Pegawai Biro Administrasi Setprov Maluku Utara Diapresiasi
"Kalau hujan, pakaian di luar suka basah. Setiap hari juga ada pembayaran Rp 5.000 dari dinas pasar untuk tempatkan dagangan di luar, "katanya.
Anti mengaku, pendapatan dari hasil berjualan tidak menentu, kadang bisa mencapai Rp 200 ribu per hari, tetapi sering juga tidak ada penjualan sama sekali.
“Untuk bertahan hidup, kami harus mencari penghasilan tambahan, "tutupnya. (*)
Kesbangpol Soroti Minimnya Partisipasi Parpol dalam FGD Penataan Dapil KPU Halmahera Timur |
![]() |
---|
KLHS RPJMD Maluku Utara 2025-2029 Rampung, Siap Diintegrasikan ke Dokumen Pembangunan |
![]() |
---|
Sampaikan Belasungkawa atas Meninggalnya Affan Kurniawan, Sherly Laos: Aparat Harusnya Humanis |
![]() |
---|
Dinkes Ternate: Limbah Medis Amputasi Bisa Dikubur atau Dimusnahkan Sesuai Kesepakatan |
![]() |
---|
Sosok AKBP Hendra Gunawan: Perjalanan Karier dari Akpol hingga Pimpin Polres Halmahera Selatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.