Terkini Internasional
Ada Kasus Kelainan Pembuluh Darah Otak, Jerman Batasi Penggunaan Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca
Jerman akan membatasi penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca untuk orang-orang berusia 60 tahun ke atas serta kelompok-kelompok prioritas tinggi.
TRIBUNTERNATE.COM - Mulai Rabu (31/3/2021), Jerman akan membatasi penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca untuk orang-orang berusia 60 tahun ke atas serta kelompok-kelompok prioritas tinggi.
Hal ini menyusul adanya laporan lebih lanjut tentang kelainan pembuluh darah pada otak yang langka.
"Kami harus bisa percaya pada vaksin," kata Kanselir Angela Merkel kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers, Selasa (30/3/2021).
"Dan transparansi adalah cara terbaik untuk menghadapi situasi seperti itu," tambahnya.
Bertindak atas saran dari komite vaksin Jerman, yang dikenal sebagai Standing Committee on Vaccination (STIKO), Kementerian Kesehatan federal dan negara bagian Jerman sepakat bahwa orang-orang di bawah usia 60 tahun hanya boleh menerima vaksin AstraZeneca jika mereka termasuk kelompok prioritas tinggi, yang mencakup pasien berisiko tinggi dan pekerja medis.
Namun, mereka juga tetap harus berkonsultasi dengan dokter.
Sementara, orang yang berusia di bawah 60 tahun yang telah menerima suntikan pertama vaksin AstraZeneca mendapat opsi untuk menerima suntikan kedua sesuai rencana, jika mereka memiliki prioritas tinggi, atau menunggu STIKO mengeluarkan rekomendasinya, yang diperkirakan keluar pada akhir April mendatang.
Baca juga: Selama Protes Anti-Kudeta di Myanmar, Lebih dari 500 Orang Tewas di Tangan Junta Militer
Baca juga: Kandungan Tripsin Babi pada Vaksin AstraZeneca dan Fatwa Mubah MUI, Kemenkes RI Beri Penjelasan
Baca juga: WHO Desak Negara-negara di Dunia Tetap Gunakan Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Batasan baru pada penggunaan vaksin AstraZeneca menjadi bentuk kemunduran lain dalam kampanye vaksinasi Jerman yang dinilai sudah terbilang lamban, dikutip TribunTernate.com dari Channel News Asia.
Sebelumnya, STIKO merekomendasikan suntikan vaksin hanya digunakan untuk orang yang berusia 60 tahun ke atas "berdasarkan data yang tersedia tentang terjadinya efek samping tromboemboli yang jarang terjadi, tetapi sangat parah."
STIKO juga sedang mencari kemungkinan untuk memberikan suntikan kedua dengan vaksin Covid-19 yang berbeda.
Dalam sebuah pernyataan, menanggapi rekomendasi STIKO, AstraZeneca mengatakan keselamatan pasien adalah prioritas tertinggi.
Pihak AstraZeneca juga mencatat bahwa badan medis Eropa dan Inggris belum dapat menemukan hubungan sebab akibat antara suntikan vaksin dan pembekuan darah.
"Kami akan terus bekerja dengan otoritas Jerman untuk menjawab pertanyaan yang mungkin mereka miliki," tambahnya.
Namun, Jerman akan mengizinkan siapa pun yang berusia 60 tahun ke atas untuk diberi suntikan vaksin AstraZeneca dalam upaya untuk mempercepat kampanye vaksinasi.
Sejauh ini, vaksinasi baru dilakukan kepada orang yang berusia di atas 70 tahun dan kelompok prioritas tinggi.
Baca juga: Kemenkumham RI: Pemerintah Tolak Mengesahkan Partai Demokrat Versi KLB Kubu Moeldoko
Baca juga: Ketua KNKT Kisahkan Penemuan CVR Pesawat Sriwijaya Air SJ182: Tertutup Lumpur Setebal 1 Meter
Baca juga: Anies Baswedan Minta Larangan Mudik Dijadikan Peraturan: Agar Petugas Lapangan Bisa Bertindak
MAJU-MUNDUR PENGGUNAAN ASTRAZENECA
Keputusan Jerman diambil menyusul laporan lebih lanjut oleh regulator vaksin negara itu, Paul Ehrlich Institute (PEI), tentang adanya kasus pembekuan darah yang dikenal sebagai trombosis vena sinus serebral (cerebral sinus vein thrombosis/CVST).
Trombosis vena sinus serebral (CVST) adalah penyakit kelainan pembuluh darah akibat pembentukan gumpalan darah pada pembuluh darah di otak (sinus vena) seperti stroke yang langka terjadi, dengan gejala klinis dan gambaran radiologis yang bervariasi, sehingga sulit untuk didiagnosis.
PEI menyatakan telah mencatatkan 31 kasus CSVT, yang mengakibatkan sembilan kasus kematian, dari sekitar 2,7 juta orang yang telah menerima vaksin AstraZeneca.
Dengan pengecualian dua kasus, semua laporan melibatkan perempuan berusia antara 20 dan 63 tahun.
Penggunaan vaksin di Jerman pada awalnya terbatas hanya pada mereka yang berusia di bawah 65 tahun, suntikan telah diberikan di antara wanita yang lebih muda, terutama staf medis dan guru.
Banyak negara Eropa yang sempat berhenti menggunakan vaksin AstraZeneca pada awal bulan Maret 2021 saat ditemukan adanya beberapa kasus pembekuan darah.
Baik European Medicines Agency (EMA) maupun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah mengatakan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca jauh melebihi risikonya.
Tinjauan EMA yang mencakup 20 juta orang yang mendapat suntikan AstraZeneca di Inggris dan Wilayah Ekonomi Eropa menemukan tujuh kasus pembekuan darah di beberapa pembuluh darah dan 18 kasus CVST.
Sementara itu, jutaan dosis vaksin AstraZeneca telah diberikan dengan aman di seluruh dunia.
Sejak itu, hampir semua negara kembali menggunakan vaksin tersebut.
Namun, Prancis memutuskan dengan pedoman dari EMA dan mengatakan pada 19 Maret 2021 lalu, bahwa itu hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang berusia 55 atau lebih.
Prancis mengatakan, keputusan itu didasarkan pada bukti bahwa kasus pembekuan darah terjadi orang berusia muda.
Pada Senin (29/3/2021), pejabat kesehatan Kanada mengatakan bahwa mereka akan berhenti menawarkan suntikan AstraZeneca kepada orang-orang yang berusia di bawah 55 tahun dan memerlukan analisis baru tentang manfaat dan risiko suntikan vaksin tersebut berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Sementara itu, Perdana Menteri Bavaria Markus Soeder mengkritik "maju-mundurnya" penggunaan vaksin AstraZeneca.
Markus mengatakan, semua rekomendasi menunjukkan bahwa bahaya penyakit parah dari virus corona lebih besar daripada efek samping yang terkait dengan suntikan vaksin itu.
SUMBER: AFP via Channel News Asia
(TribunTernate.com/Rizki A.)